Ada pun Kapitra Ampera yang selama ini dikenal sebagai pengacara Habib Rizieq Shihab, juga mendaftarkan dirinya sebagai calon legislatif untuk Pemilu 2019 lewat PDIP. Langkah tokoh tersebut di atas, segera memicu banyak tudingan miring. Pihak-pihak yang kecewa dan merasa dikhianati, mempertanyakan kadar iman sosok-sosok yang menggunakan parpol "kafir" sebagai kendaraan politiknya. Â
Namun TGB dengan bijak memberikan komentar bahwa "Apa pun pandangan politik seseorang, jangan ada pernyataan yang  menganggap orang itu kadar imannya kurang, cacat. Jangan menganggap bahwa pilihan politik diri sendirilah yang lebih baik, yang lebih dicintai oleh Allah. Enggak ada yang tahu kita,"  katanya di Jakarta, Jumat, 20 Juli 2018 (Liputan 6, 20/7/2018).
Di negara demokrasi, seperti Indonesia, pilihan politik seseorang warga negara dijamin oleh UU. Dan tidak ada yang abadi dalam politik. Hari ini kawan, tapi besok bisa saja menjadi lawan. Sebab dalam politik hanya kepentinganlah yang abadi. Tapi ketika kita sudah memutuskan untuk berkiprah dalam sebuah parpol misalnya, maka secara etika kita harus tunduk dan patuh pada aturan dan cita-cita parpol yang baru, sekalipun mungkin kebijakan parpol baru tersebur sangat kontras dan bertentangan dengan  parpol lama di mana kita bernaung. Janganlah secara diam-diam mengusung sesuatu misi yang membuat kita menjadi "musuh dalam selimut".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H