Mohon tunggu...
Hans Pt
Hans Pt Mohon Tunggu... Seniman - Swasta, Sejak Dahoeloe Kala

Biasa-biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sebab Tak Ada yang Mampu Hadapi Jokowi secara Elegan

7 Mei 2018   15:27 Diperbarui: 8 Mei 2018   04:46 1087
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: konfrontasi.com)


Sosok Jokowi sebagai presiden, jelas mengagetkan banyak orang. Pasti banyak yang kecele sebab penilaian mereka terhadap pria kalem ini ternyata salah total. Di bulan-bulan pertama jabatannya sebagai RI1, beberapa pihak yang mulai merasakan "ketidaknyamanan" dengan keberadaannya, tak kuasa lagi menyembunyikan perasaan.

Salah seorang anggota DPR yang awalnya mendukung, mungkin karena bisnisnya jadi macet atau tidak selancar dulu lagi, mulai menyerang Jokowi lewat statemen di medsos. Dengan nada sinis menahan geram dia mengatakan bahwa Jokowi paling lama hanya bisa dua tahun menjadi presiden! 

Namun apa yang kita saksikan sungguh di luar dugaan. Satu demi satu partai yang menjadi rivalnya dalam Pilpres 2014, mendekat dan bernaung di bawah Presiden. Dari sejumlah parpol yang mendukung Prabowo pada pilpres lalu, praktis hanya PKS dan Gerindra yang tidak mau berbaikan dengan pemerintah. Gengsi mungkin.

Masih ingat kasus "Papa minta saham" yang membawa-bawa Freeport pada tahun 2015? Dalam kasus yang menghebohkan itu, Setya Novanto, salah satu aktor dalam adegan pembicaraan yang direkam itu, diduga meminta saham.  Setnov yang saat itu ketua DPR diduga meminta saham Freeport. 

Salah seorang pengusaha, juragan minyak yang memang berkepentingan dengan perpanjangan ijin PT Freeport, dalam transkrip rekaman mengatakan, "Kalau Jokowi nekat menyetop Freeport, jatuh dia!" Mungkin pada saat itu ada desas-desus bahwa ijin PT Freeport tidak akan diperpanjang oleh Jokowi.

Freeport memang tidak disetop, sebab memang masih punya sisa kontrak. Tapi paling tidak pemerintah terus berusaha mengambil alih kepemilikan saham di perusahaan tambang asal Amerika Serikat itu, dari sebesar 9,36% hingga 51%. 

Pemerintah menargetkan pengambilalihan saham PT Freeport Indonesia  (PTFI) sebesar 51% rampung pada Juni 2018. Saat ini, kepemilikan saham Indonesia di perusahaan tambang asal Amerika Serikat (AS) itu baru  sebesar 9,36% (detik finance, 12 Januari 2018). Gonjang-ganjing Freeport sudah mereda, namun Jokowi tetap anteng-anteng saja.

Jadi, gonjang-ganjing PT Freeport yang diprediksi bisa membuat Jokowi terjerembap, ternyata tidak terjadi apa-apa.  Bahkan kabarnya Pemda Papua akan kebagian saham sebesar 10% dari usaha  pertambangan yang mengeruk hasil bumi mereka itu. Ini sungguh hal yang  mencengangkan, yang bahkan tak terbayangkan bisa terjadi di era  presiden-presiden sebelumnya.

Siapa lagi sosok orang yang selalu gatel ingin menjungkalkan Jokowi? Amien Rais. Bapak tua yang satu ini--entah apa yang mengganggu pikirannya sehingga begitu "dendam" pada Jokowi. Apa dia iri sebab Jokowi yang bertubuh lebih kerempeng dan bertampang lebih  ndeso dari dirinya tersebut kok bisa menjadi presiden?

Atau dia tidak rela bila Jokowi yang  "hanya" lulusan S1 dari Universitas Gadjah Mada (UGM) itu bisa menjadi presiden? Sementara dia, yang bergelar profesor doktor, menjabat guru besar UGM,  sejak 1999 berjuang untuk menjadi presiden, namun tidak pernah kesampaian? 

Tentang tekadnya melengserkan Jokowi, Eyang Reformasi  selalu sesumbar:  "Presiden Soeharto yang begitu kuat dan berkuasa selama 32 tahun saja bisa saya tumbangkan, apalagi Jokowi!" Padahal, menurut Adian Napitupulu, kini anggota DPR, salah satu sosok penting di balik demo aksi mahasiswa tahun 1998 yang menuntut reformasi, jatuhnya Soeharto adalah murni berkat perjuangan mahasiswa.

Kalau belakangan ada yang ngaku-ngaku itu hanya membonceng pada barisan mahasiswa. Nah, di era Jokowi, Amien come back dan selalu giat "mengkritik" pemerintah supaya jatuh. Di mana-mana, yang namanya mengkritik itu sifatnya membangun dan memberi saran-saran yang bermutu. Tapi kritikan yang satu ini tujuannya beda. Dan segarang apapun "kritik" Amien Rais itu, namun seperti kita lihat dan alami, pemerintah baik-baik saja, dan siap melanjutkan kerya bakti untuk periode kedua.

Menjelang tahun politik, ada banyak kejadian yang dimanfaatkan untuk mencongkel Jokowi. Bahkan banyak peristiwa yang nyata sekali didesain untuk mendiskreditkan  Jokowi: isu PKI bangkit lagi, hutang-hutang luar negeri, kasus-kasus pembunuhan ulama oleh orang gila. Semua itu seolah diatur untuk mengesankan negara kacau dan pemerintah tidak becus menjaga ketertiban dan ketenteraman. Lalu kemudian muncul statemen: "Kalau ingin kondisi aman, maka pilihlah kami!"

Ketika segala daya upaya dan tipu muslihat telah mentok, lalu muncul fenomena: #2019 ganti presiden. Mau ganti presiden, boleh-boleh saja, tetapi siapa yang layak menggantikan? Logisnya harus ada dulu satu atau dua sosok yang sudah jelas dan mantap, lalu gulirkan program-program yang juga masuk akal dan cerdas. Jangan malah memprediksi Indonesia bubar pada 2030 karena seorang penulis novel fiksi menulis demikian. Penulis novelnya siapa? Asing atau Aseng. Kalau asing atau aseng, ya mbok  ojo dipercoyo, sebab kita ini kan anti-asing dan anti-aseng! Tapi itulah realita di negeri kita saat ini. 

Mau jadi presiden? Silakan saja. UUD 1945 menjamin kok, bahwa setiap warga negara yang memenuhi syarat, berhak mengajukan diri jadi calon presiden. Tapi, untuk meraihnya, gunakanlah cara-cara yang elegan, cerdas, bermartabat, santun, dan berbudaya, berpedoman pada ajaran agama yang luhur dan mulia. Janganlah mengorbankan kaos atau mug cantik untuk menyampaikan aspirasi. Dan yang penting, berdoa memohon pada Tuhan, jangan malah meminta pada kuburan supaya bisa menjadi presiden atau wakil presiden.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun