TANGGAPAN ATAS SURAT TERBUKA JAYA SUPRANA
Sungguh suatu kebetulan yang pas saat saya sedang berada di Singapura bersamaan dengan berita meninggalnya mantan Perdana Menteri Lee Kuan Yew. Di dinding hotel tempat saya menginap terpasang foto-foto Singapura di tahun 70-an sebelum hotel yang saya tinggal itu didirikan. Sungguh suatu perbandingan yang dramatis dari suatu daerah yang kumuh menjadi gedung-gedung yang menjulang tinggi.
Sempat saya bertanya-tanya kepada sopir taxi mengenai pandangan mereka tentang Lee Kuan Yew. Yang saya dapat dari mereka, bahwa tanpa Lee Kuan Yew tidak akan ada Singapura seperti sekarang ini. Saya ikut terharu melihat bagaimana rakyat Singapura berbondong-bondong mengantri dan memberikan penghormatan terakhir di Gedung Parlemen Singapura. “ He is loved by Singaporean.”
Saat saya kembali ke Sydney, saya membaca artikel di detik.com tentang asal usul Lee Kuan Yew. http://news.detik.com/read/2015/03/29/113052/2872699/934/mencari-ayah-bunda-lee-kuan-yew-di-semarang
Di saat yang bersamaan, saya menerima group message di WhatsApp saya. Ternyata surat terbuka Jaya Suprana untuk Ahok. Di sana tampak gambar Jaya Suprana sedang menunduk, seperti sedang merenung.
Setelah saya membaca artikel di atas, saya pun berandai-andai sembari minum kopi. Seandainya ayah Lee Kuan Yew tidak merantau ke Singapura dan menetap di Semarang, apakah yang terjadi di Indonesia? Lee telah berhasil mengubah Singapura sebagai negara yang tidak memiliki kekayaan alam, menjadi sebuah negara terpandang di dunia. Apakah yang Lee bisa lakukan dengan negara Nusantara yang kaya dengan segala hasil buminya ini apabila ia tetap tinggal di Semarang?
STOP! Daripada berandai-andai lebih baik saya kembali ke dunia realitas sekarang. Indonesia sekarang sedang dalam keadaan genting. Bagaimana Indonesia bisa membangun kalau harga UPS saja 5 Milyar per satuannya. Realitas sekarang adalah: Indonesia kebetulan mempunya si PEMBERANI. Dia berkata “TIDAK” kepada korupsi (bukan seperti jargon sebelumnya tentang berkata tidak kepada korupsi yang didengungkan oleh 1 partai). Dalam lubuk hati saya yang paling dalam, ADA HARAPAN, ada muncul secercah harapan. Indonesia bisa menyusul ketertinggalannya.
Saya yang kebetulan tidak seberani Ahok dan tidak setenar Jaya Suprana yang renungannya bisa dimuat di halaman surat kabar, hanya bisa mendukung si PEMBERANI. Ayo Ahok, jalan terus dan bangun Indonesia. Kejar ketinggalannya dengan negara-negara lain. Sikat korupsi sampai ke akar-akarnya. Dan yang terakhir, untuk agak SANTUN saat menegur :) .
Untuk bapak Jaya Suprana, hal-hal rasis bisa terjadi di mana saja. Di negara super demokrasi seperti di Amerika saja sudah seringkali terjadi. Saya rasa meluas atau tidaknya, tergantung dari kesiapan aparat. Saya rasa tidak perlu berandai-andai ini akan terjadi karena gaya bahasa AHOK. BACK TO REALITY saja. Mumpung sekarang ada si pemberani, marilah kita dukung!
Saya rasa dengan ketenaran yang Anda miliki, Anda bisa berbuat banyak dalam mendukung program anti korupsi. Contoh: UPS 5 milyar bisa Anda masukkan dalam rekor MURI atau mungkin dengan koneksi Anda bisa masukkan dalam GUINESS BOOK OF WORLD RECORD. Saya haqul yakin bahwa ini adalah UPS termahal di dunia untuk ukuran 1 sekolah. Ini akan menjadi program HALL OF SHAME sebagai salah satu efek jera bagi para koruptor, nama Anda akan masuk dan dikenal dunia lebih lagi.
By the way, kemarin saya nonton film dokumenter tentang VIETNAM. Saat itu kongres Amerika memutuskan untuk menyetop dana dan tentara Amerika harus keluar dari Vietnam. Hasil keputusan kongres kemudian disampaikan oleh asistennya. Ada hal yang unik terjadi, asisten presiden FORD belum pernah mendengar atasannya mengumpat. Yang terjadi saat itu president Ford melontarkan kata-kata: “Son of the Bi@#%!!”
Saya kadang berusaha membayangkan suasana hati AHOK, yang sehari-hari bertemu dengan orang santun di luar tetapi BENGKOK HATI di dalam. Dalam kehidupan kita semua pasti mengalami ada masa saat kita tidak tahan dan akhirnya mengumpat. Yang SANTUN saja sudah melakukannya di pertemuan DPRD dengan AHOK – tentu saja dengan motivasi yang berbeda, yang ini mengumpat tanpa sadar kalau ia masih disorot kamera, sedang Ahok sadar dia sedang live di acara suatu saluran tv yang mengundangnya.
Singkat cerita, marilah kita dukung INDONESIA BERSIH dari korupsi. Mari bahu membahu untuk mendukung si PEMBERANI. Marilah pakai semua yang kita punya: KETENARAN atau apapun.
Wassalam,
Hans Lesmana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H