Di tengah perang semikonduktor, Indonesia memiliki peluang untuk memperkuat posisinya dalam rantai pasok global. Sebagai negara dengan populasi besar dan tenaga kerja yang kompetitif, Indonesia dapat menjadi alternatif untuk manufaktur semikonduktor. Menurut data Sensus Penduduk 2020, sekitar 70,72% dari populasi Indonesia berada pada usia produktif, sehingga Indonesia masih berada dalam periode bonus demografi. Kondisi ini menciptakan peluang bagi pengembangan industri yang memerlukan banyak tenaga kerja terampil, termasuk semikonduktor. Namun, Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan dalam menarik investasi di sektor ini.
Sementara, Malaysia telah berhasil menarik investasi besar dari perusahaan semikonduktor global berkat kebijakan yang stabil, infrastruktur yang kuat, dan pengalaman lebih dari lima dekade di sektor semikonduktor, terutama dalam proses back end seperti perakitan, pengujian, dan pengemasan. Menurut Kenddrick Chan, kepala proyek hubungan internasional digital di LSE IDEAS, Malaysia telah menjadi pusat manufaktur semikonduktor utama di Asia Tenggara, terutama di tengah ketegangan antara AS dan Tiongkok yang mendorong diversifikasi operasi manufaktur ke luar Tiongkok (CNBC Indonesia, 2024). Investasi dari perusahaan-perusahaan besar seperti Intel, yang berkomitmen untuk menggelontorkan lebih dari $7 miliar untuk fasilitas pengemasan dan pengujian chip canggih di Malaysia, menunjukkan betapa menariknya negara ini bagi industri semikonduktor global. Produksi di fasilitas Intel tersebut diperkirakan akan dimulai pada tahun 2024. Selain itu, GlobalFoundries dan Infineon juga telah memperluas operasi mereka di Malaysia. GlobalFoundries membuka hub baru di Penang pada 2023 untuk mendukung operasi manufaktur globalnya, sementara Infineon mengumumkan pembangunan modul fabrikasi wafer ketiga di Kulim (CNBC Indonesia, 2024).
Malaysia menguasai sekitar 13% pasar global untuk layanan pengemasan, perakitan, dan pengujian chip, yang menjadi bagian penting dari rantai pasok semikonduktor global. Rencana Induk Industri Baru Malaysia (NIMP 2030) bertujuan untuk memperluas aktivitas ke sektor front end seperti fabrikasi wafer dan desain sirkuit terpadu, guna meningkatkan nilai tambah dari ekspor manufaktur mereka. Dengan dukungan kebijakan seperti ini, Malaysia semakin memperkokoh posisinya sebagai pusat manufaktur semikonduktor di Asia Tenggara. Indonesia perlu belajar dari keberhasilan Malaysia dalam menarik investasi semikonduktor, terutama dalam hal menyediakan lingkungan regulasi yang stabil dan mendorong pengembangan infrastruktur serta sumber daya manusia yang mendukung industri ini. Langkah-langkah serupa dapat membantu Indonesia memperkuat posisinya dalam rantai pasok semikonduktor global.
Teori Pertumbuhan Ekonomi Solow-Swan dan Pentingnya Teknologi
Dalam konteks teori pertumbuhan ekonomi Solow-Swan Model, peningkatan teknologi menjadi faktor penting yang mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Model ini menekankan bahwa selain modal dan tenaga kerja, kemajuan teknologi adalah faktor kunci dalam peningkatan produktivitas. Semikonduktor, sebagai teknologi dasar yang mendukung berbagai sektor ekonomi, memainkan peran penting dalam mendorong pertumbuhan. Jika Indonesia mampu mengembangkan industri semikonduktor, ini akan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, dengan memperkuat daya saing nasional dan menciptakan lapangan kerja yang berorientasi teknologi tinggi. Sebagai perbandingan, sektor teknologi menyumbang sekitar 8,8% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Amerika Serikat pada tahun 2022 (Statista, 2024). Jika Indonesia dapat meningkatkan kontribusi sektor teknologi hingga setengah dari angka ini, dampaknya terhadap ekonomi nasional akan sangat signifikan.
Tantangan Institusi dan Investasi di Sektor Semikonduktor
Untuk mencapai potensi Indonesia sebagai pusat industri semikonduktor, diperlukan institusi politik dan ekonomi yang kuat dan inklusif. Dalam buku Why Nations Fail karya Daron Acemoglu dan James Robinson, disebutkan bahwa institusi inklusif yang mendukung kemajuan ekonomi akan mendorong pertumbuhan, sementara institusi yang ekstraktif akan menghambatnya. Di Indonesia, stabilitas regulasi, konsistensi kebijakan, dan dukungan pemerintah sangat penting untuk menarik investasi di sektor semikonduktor. Tanpa reformasi yang signifikan di bidang ini, Indonesia akan sulit menarik perusahaan besar dan berperan aktif dalam rantai pasok global.Â
Pemerintah perlu berkomitmen pada reformasi regulasi yang memberikan kepastian dan kemudahan bagi investor jangka panjang. Langkah-langkah seperti insentif pajak, kemudahan regulasi, dan peningkatan infrastruktur teknologi menjadi kunci untuk menarik minat investor asing di sektor ini. Negara-negara seperti Vietnam telah berhasil menarik investasi besar dengan menawarkan insentif pajak hingga 50% bagi perusahaan teknologi tinggi. Jika Indonesia dapat menerapkan kebijakan serupa, peluang untuk berkembang di sektor semikonduktor akan meningkat.
Pembangunan Kapasitas: Pendidikan, Kolaborasi, dan Kemitraan Internasional
Selain reformasi institusi dan regulasi, pembangunan kapasitas di bidang teknologi semikonduktor juga sangat diperlukan. Indonesia saat ini masih kekurangan tenaga ahli di bidang teknologi tinggi, termasuk semikonduktor. Untuk menjawab kebutuhan ini, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) diharapkan dapat memperkuat pendidikan dan riset di bidang teknologi agar lulusan Indonesia memiliki keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan industri. Penguatan kurikulum dan fasilitas pendidikan di bidang mikroelektronika dan semikonduktor sangat penting agar Indonesia dapat menghasilkan tenaga kerja yang kompeten. Kolaborasi antara universitas dan industri dalam bidang riset dan pengembangan juga diperlukan untuk menciptakan tenaga kerja yang siap menghadapi tantangan di sektor ini. Selain itu, Indonesia dapat memperkuat posisinya dalam rantai pasok semikonduktor global melalui kemitraan strategis dengan negara-negara produsen chip seperti Jepang, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Kemitraan ini akan membantu Indonesia dalam hal transfer teknologi dan pengetahuan, serta mempercepat pengembangan kapasitas industri dalam negeri. Kerja sama internasional ini tidak hanya akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, tetapi juga akan memberikan akses bagi Indonesia ke teknologi terkini dalam industri semikonduktor. Dengan membangun kemitraan yang kuat, Indonesia bisa mempercepat proses pengembangan kapasitas dalam negeri dan meningkatkan daya saingnya di pasar global.
Indonesia perlu memanfaatkan peluang dalam industri semikonduktor dengan memperkuat regulasi, meningkatkan daya tarik investasi, dan memperbaiki kapasitas pendidikan. Dengan reformasi institusi yang mendukung dan kebijakan yang proaktif, Indonesia dapat memainkan peran yang lebih besar dalam rantai pasok global. Langkah-langkah strategis ini akan membantu negara bukan hanya mendukung pertumbuhan ekonomi domestik tetapi juga memperkuat posisinya dalam persaingan geopolitik global.