Mohon tunggu...
Hans Joseph Himawan
Hans Joseph Himawan Mohon Tunggu... Programmer - Siswa

Ekonomi, Politik, Teknologi, Debat, dan Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gulma di Taman Akademik, Skandal Pemalsuan Mengguncang Reputasi Profesor

17 Agustus 2024   11:07 Diperbarui: 17 Agustus 2024   11:07 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah harapan besar terhadap para profesor sebagai pilar intelektual bangsa, dunia akademik Indonesia kini terguncang oleh skandal-skandal pemalsuan dan penyuapan yang mencemari reputasi mereka. Praktik-praktik tidak etis menciptakan gulma dalam taman pengetahuan, menutupi bunga-bunga inovasi dan penelitian yang seharusnya mekar.

Profesor adalah jabatan fungsional tertinggi bagi Dosen yang masih mengajar di lingkungan satuan pendidikan tinggi. Seharusnya, mereka dapat menjadi perwakilan-perwakilan terbaik kalangan intelektual di negeri ini. Namun, kasus terbaru yang melibatkan pencalonan 11 Guru Besar dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM) mengungkapkan berbagai permainan kotor yang tersimpan di balik jabatan terhormat ini. Bahkan, kasus tersebut hanyalah puncak dari gunung es permasalahan akademik di Indonesia yang penuh dengan penipuan dan pemalsuan. Fenomena jurnal predator dan minimnya transparansi mencerminkan hilangnya integritas akademik di kalangan yang seharusnya menjadi teladan. 

Para guru besar, yang diharapkan mengabdikan diri dalam penelitian dan pendidikan untuk masyarakat, kini lebih sering terjebak dalam praktik tidak etis demi mengejar gelar dan status sosial. Laporan investigasi Majalah Tempo mengungkap bahwa artikel ilmiah para guru besar ULM dikirim ke International Journal of Cyber Criminology (IJCC) dan International Journal of Criminal Justice Sciences (IJCJS), beberapa di antaranya ditulis secara kolektif. Ada kecurigaan kuat bahwa publikasi tersebut melibatkan perusahaan paper mill yang kerap memproduksi jurnal bodong, yang berarti tulisan-tulisan tersebut mungkin saja dipublikasikan melalui jasa penulisan.

Tim dari Kementerian Pendidikan sedang menyelidiki lebih lanjut korespondensi para dosen ULM. Selama proses investigasi, ditemukan berbagai kejanggalan dalam dokumentasi surat elektronik yang dikirimkan. Menurut penyelidik, dokumen-dokumen ini kemungkinan besar merupakan hasil rekayasa. Selain itu, terungkap bahwa beberapa dosen rela mengeluarkan biaya antara Rp 70-130 juta demi mengurus permohonan gelar guru besar.

Dunia akademik seharusnya menjadi taman yang penuh dengan bunga pengetahuan dan inovasi, namun praktik tidak etis telah menyebar layaknya gulma yang merusak keindahan dan keseimbangan taman tersebut. Gulma-gulma ini, berupa jurnal-jurnal predator dan suap untuk memperoleh gelar, berkembang biak dengan cepat, menutupi dan menghambat pertumbuhan bunga-bunga yang seharusnya mekar. Sama seperti gulma yang mencuri nutrisi dari tanah dan menyisakan sedikit untuk tanaman yang bermanfaat, para pelaku praktik korupsi ini menyedot sumber daya dan kesempatan dari para peneliti dan akademisi yang benar-benar berkomitmen untuk memberikan kontribusi positif. Tanpa upaya serius untuk mencabut dan mengendalikan gulma ini, taman akademik kita akan kehilangan daya tarik dan potensinya, meninggalkan ladang kekecewaan yang hampa akan makna sejati dari pendidikan dan penelitian.

Kejadian ini menggambarkan betapa urgennya perbaikan sistem akademik di Indonesia. Pengawasan lebih ketat, transparansi, dan penegakan aturan yang lebih tegas dibutuhkan agar integritas dan kepercayaan publik terhadap dunia pendidikan bisa dipulihkan. Reformasi di sektor ini tidak hanya penting untuk memulihkan citra akademisi tetapi juga untuk memastikan bahwa pendidikan tinggi di Indonesia mampu melahirkan pemikir dan inovator sejati.

Sumber: 

Cara Dosen Universitas Lambung Mangkurat Merekayasa Syarat Guru Besar - Investigasi - majalah.tempo.co

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun