Mohon tunggu...
Hans EdwardHehakaya
Hans EdwardHehakaya Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, Advokat dan Pemerhati Budaya

Penulis adalah Mahasiswa Pasca Sarjana Ilmu Forensik Universitas Airlangga. Sehari hari bertugas selaku Advokat dan Dosen Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

RIP Om Alex

12 Agustus 2020   18:29 Diperbarui: 12 Agustus 2020   18:27 11000
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan aturan ini dibuat untuk menghindarkan kerumunan masa pelayat, yang pastinya sulit melakukan physical distancing. Dengan tegas diatur bahwa jumlah pelayat plus keluarga keluarga tak lebih dari 30 orang. Pertimbangan ini untuk mencegah terjadinya penyebaran Covid-19 di antara pelayat/jemaat. 

Sungguh aturan diatas sulit dilaksanakan jika harus disemayamkan di Gereja Bethany Nginden dan Manyar. Sulit dibayangkan ratusan pelayat akan berjejal dan berkerumun dalam gedung gereja dan siapa yang bisa menjamin physical distancingnya? Siapakah yang bertanggung jawab jika terjadi kluster penularan baru Covid 19 di Gereja Betnay Nginden atau Manyar? Sudah pasti Pak Aswin Tanuseputera sebagai gembala sidang yang jadi sasaran tembaknya.

Jika sudah demikian tentunya jangan lantas dianggap bahwa ada pelarangan dari pihak gereja Bethany Manyar dan Nginden yang dipimpin oleh anaknya Pendeta Aswin Tanuseputera, yang dimunculkan sebagai figur yang tidak menghormati alamarhum ayahnya. Tentunya alasan yang utama dibutuhkan  perijinan dan protokol kesehatan ketat untuk menjadikan ruang gereja menjadi tempat persemayaman tidaklah mudah. Dan seluruh pengurus Gereja Bethany telah sepakat untuk taat dan patuh untuk tidak mengadakan ibadah selama ini demi menghindari jatuhnya korban jiwa.

Saya juga sedih kalau dibilang antara Om Alex dan Pak Aswin masih bermasalah hingga saat ini, sehingga dianggap hubungan keduanya buruk sekali. Apakah mereka paham jika secara hukum Om Alex dan Pak Aswin sejak awal bersama sama berjuang untuk mempertahankan gereja Bethany dan asetnya  dari berbagai masalah hukum yang ujungnya hanya "berniat menguasai aset-aset gereja Bethany".  

Faktor politik adu domba oleh Sengkuni dan Yudas di sekeliling merekalah yang membuat kesan seolah bapak dan anak berseteru hingga saling lapor polisi dan gugat di pengadilan. Yang dimasalahkan selalu terkait legalitas jabatan gembala gereja plus aset-asetnya. Puji Syukur kepada Tuhan YME, atas kasih dan anugerahNya telah memberikan hikmat dan penyadaran bagi keduanya untuk saling berdamai selamanya untuk tidak lagi bertarung karena hasutan-hasutan jahat itu.

Sejarah telah mencatat bahwa pada tgl 03 Maret 2015 dibuatlah akta Perdamaian di hadapan notaris yang intinya ke 2 pihak berdamai dan saling mencabut laporan dan mengakhiri perseteruan hukum tak berujung dan sejak saat itu sudah selesai semuanya. Hasilnya aset Gereja Bethany Nginden dan cabang-cabangnya tetap utuh bahkan tetap dimiliki atas nama Gereja dan bukan lagi milik pribadi Om Alex maupun Pak Aswin, seperti rumor yang beredar selama ini

Sebagai 1 (satu) diantara 6 (enam)  saksi yang ikut menandatangani akta Perdamaian tgl 03 Maret 2015, sudah jelas bahwa perdamaian diantara mereka adalah nyata dan sudah  terjadi, sehingga jika ada yang bilang berseteru, tentunya merupakan halusinasi saja.

Bahkan saat disebutkan tidak hadirnya Pdt Aswin melayat almarhum Om Alex, dimaknai sebagai bentuk ketidakhormatan anak pada ayahnya alias anak durhaka. Wah ngawur betul yang punya pikiran seperti itu,  dan sok tahu sekali seolah bisa membaca pikiran Pdt Aswin. Saya pribadi berjumpa dengan Pdt Aswin tgl 6 Agustus 2020 siang hari di kediamannya. 

Saya datang kesana karena mendengar beliau isolasi mandiri, karena  pagi harinya hadir di rapat gereja dimana salah satu pesertanya terindikasi positif Covid 19. Sehingga sesuai protokol, beliau harus melakukan isolasi mandiri dan tidak mungkin hadir untuk melayat. Hal ini dilakukan karena, selain rentan terpapar juga rentan menularkan kepada orang lain. Dan di zaman pandemi ini keselamatan jiwa adalah yang utama, karena physical distancing mutlak diperlukan.

Akhir kata, saya mengucapkan " This is not goodbye but see you later " buat Om Alex yang berpulang dalam damai dan sukacita. Sudah saatnya kita mengenang beliau dan kiprahnya semasa hidup dengan segala sisi positifnya dan bukan malah membicarakan hal negatif apalagi terkait keluarganya. Gunakan hati nurani kita, dengan Prinsip Mikul Duwur Mendem Jero dengan mewartakan semua yang baik dan mengubur yang dalam perihal almarhum haruslah dipakai. Bayangkan jika itu terjadi pada keluarga kita sendiri, dan tidak seorangpun yang mau terjadi atas hal tersebut.

Om Alex telah menyelesaikan pertandingan terakhirnya dengan baik dan memelihara iman dan meninggalkan warisan berupa pelayanan gereja, motivasi dan ribuan jemaat gereja Bethany berikut aset-asetnya untuk kemuliaan nama Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun