Mohon tunggu...
Hansen Junhakim
Hansen Junhakim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Trisakti School Of Management (TSM)

Inovasi membedakan antara seorang pemimpin dengan seorang pengikut.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Culture: Responsif atau Resisten?

9 Desember 2021   12:45 Diperbarui: 9 Desember 2021   12:59 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Budaya merupakan hal yang paling penting dalam sebuah organisasi karena menurut Richard L. Daft (2018,435-436) dalam buku karangan nya yang berjudul "The Leadership Experience 7th Ed" Budaya melayani dua fungsi penting dalam organisasi yaitu: (1) itu mengintegrasikan anggota sehingga mereka tahu bagaimana berhubungan satu sama lain, dan (2) membantu organisasi beradaptasi dengan lingkungan eksternal oleh karena itu tanpa budaya sebuah organisasi tidak memiliki aturan dan sistem yang mengatur orang-orang yang ada di dalamnya dan juga budaya merupakan indentitas penting bagi sebuah organisasi.

Berdasarkan hal tersebut terkait topik artikel kali ini termasuk manakah pemimpin anda terkait budaya nya resoponsif atau Resisten? Beberapa dari para pembaca mungkin akan bertanya-tanya, apa itu culture responsif dan resisten serta termasuk manakah anda atau pemimpin anda dari dua kategori tersebut dalam organisasi?  

Menurut Richard L. Daft (2018,435-436) dalam buku karangan nya yang berjudul "The Leadership Experience 7th Ed" yang membedakan antara seseorang yang responsif dan resisten adalah Dalam budaya responsif, para pemimpin peduli dengan pelanggan dan dengan orang-orang, proses, dan prosedur dalam organisasi yang membawa perubahan yang bermanfaat sedangkan dalam budaya yang resisten, para pemimpin memperhatikan diri mereka sendiri atau proyek khusus mereka sendiri, dan nilai-nilai mereka cenderung mencegah pengambilan risiko dan perubahan.

Untuk mengetahui perbedaan tersebut Richard L. Daft (2018,435-436) dalam buku karangan nya yang berjudul "The Leadership Experience 7th Ed" mengilustrasikan budaya responsif atau resisten seperti dalam Exhibit 14.2 di mana budaya perusahaan yang responsif memiliki nilai dan perilaku yang berbeda dari budaya yang resisten. Sebagai berikut:

Sumber: Richard L. Daft (2018:435)
Sumber: Richard L. Daft (2018:435) "The Leadership Experience 7th Ed"

Bedasarkan perbedaan tersebut dari berbagai dimensi yang ada, coba anda ingat-ingat kembali  bagaiman perilaku pemimpin Anda atau jika anda ingin menilai diri Anda sendiri lihat kembali tindakan-tindakan yang telah dilakukan oleh Anda termasuk manakah anda dalam kebiasaan budaya tersebut responsif atau resisten? Isi dikolom komentar!

Manakah yang lebih baik responsif atau resisten, jika kita lihat dari exhibit 14.2 menurut Richard L. Daft pastinya responsif lebih baik dibandingkan resisten karena seperti yang telah dijelaskan oleh Richard L. Daft (2018,435-436) dalam buku karangan nya yang berjudul "The Leadership Experience 7th Ed" di atas karena Dalam budaya responsif, para pemimpin peduli dengan pelanggan dan dengan orang-orang, proses, dan prosedur dalam organisasi yang membawa perubahan yang bermanfaat maka dari itu responsif itu lebih baik dibandingkan resisten.

Lalu bagaimana dengan yang resisten, budaya yang resisten adalah budaya yang tidak baik bagi organisasi karena dalam budaya yang resisten, para pemimpin memperhatikan diri mereka sendiri atau proyek khusus mereka sendiri, dan nilai-nilai mereka cenderung mencegah pengambilan risiko dan perubahan maka dapat dikatakan seorang yang menganut budaya ini menghalalkan segala cara untuk kepentingan pribadinya sehingga ini menjadi budaya yang jelek untuk diikuti.

Hal berikut Ini pasti akan menjadi pertanyaaan para pembaca "jika pemimpin Anda atau Anda penganut budaya resisten apa yang harus dilakukan?" ini kembali lagi kepada masing-masing individu ataupun pemimpin dalam menyelesaikan masalah tersebut secara serius karena ini berdampak buruk bagi penganut budaya resisten untuk lingkungan kerja dan karirnya sehingga ada baik nya untuk berubah dimulai dari menerima saran dari orang lain, peduli akan orang lain, dan paling penting mempercayai orang lain terkait tugas dan tanggung jawabnya sehingga budaya yang ada di dalam organisasi menjadi baik dan friendly bagi setiap anggota didalamnya dan bagi penganut nya memiliki budaya yang baik serta sikap positif dalam dirinya untuk kepentingan bersama.

Kesimpulannya, budaya merupakan hal yang penting dalam sebuah organisasi karena tanpa budaya suatu organisasi akan keluar dari tujuan dibentuk nya organisasi, tidak memiliki aturan yang mengatur organisasi dan etika dalam sebuah organisasi. Hal ini dikarenakan budaya merupakan indentitas bagi sebuah organisasi maka tanpa budaya terbut organisasi akan kehilangan jati dirinya dan runtuh secara perlahan. Maka sebagai pemimpin yang baik dan Anda sendiri harus mampu memiliki budaya yang baik karena budaya itulah indentitas Anda, jika anda memiliki budaya yang kurang baik seperti penganut budaya resisten pastinya ini akan berdampak buruk pada diri Anda dan jenjang karir Anda.  Maka dari itu yang dapat disampaikan oleh penulis "semua tindakan dan perilaku terkait budaya dimulai oleh Anda dan di akhiri oleh Anda sehingga bijaksanalah dalam menciptakan indentitas diri Anda melalui budaya!

Bagian dari budaya perusahaan bergantung pada jalur -- ini adalah pelajaran yang Anda pelajari di sepanjang jalan.

- Jeff Bezos, CEO dan Founder Amazon

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun