"Bro, sampeyan ini kalo membuat kopi mbok ya lihat-lihat dulu sikonnya toh !" tegur seorang kawan.
"Maksud Mas bagaimana ?" tanya saya bingung berharap pencerahan, karena selama ini saya sudah merasa kopi buatan saya paling nikmat. Setahu saya, untuk membuat kopi yang enak cukup dengan perbandingan 2 : 1, tergantung jenis kopinya.
"Maksud saya, sampeyan lihat dulu tempat sampeyan jualan. Siapa yang datang. Kopi jenis apa yang sampeyan sajikan. Kalau perlu, sampeyan suvey. Tanya-tanya kepada tamu yang datang. Kopi apa yang mereka inginkan ? Begitu seharusnya Bro" jelas kawan sambil menyeruput kopi hangat buatannya. Saya mencabut sebatang rokok kretek miliknya, sambil beringsut mencari sandaran. Berdua kami ngobrol di saung belakang rumah kawan ini. Saung yang disediakan khusus, tempat menerima tamu yang biasanya berdikusi cara membuat kopi yang nikmat.
"Maklumlah Mas, saya ini kan masih amatiran. Biasa menikmati kopi sendirian. Mbok ya kalau kopi buatan saya kurang enak, ya dimaklumi toh" saya berusaha membela diri, merasa tidak sebanding dengan keahliannya yang sudah mumpuni dalam hal meramu kopi yang nikmat.
"Yo Wis, yang penting sampeyan mau belajar. Jenis kopi, penikmat kopi, tempat ngopi, dan cara membuatnya perlu sampeyan pelajari lagi. Jangan asal sekedar hitam lalu selesai. Bagaimana orang bisa menikmati ? Yang ada malah mules-mules orang yang meminumnya" katanya serius mencoba menasehati. Saya manggut-manggut setuju, sambil memperhatikan gayanya yang eksentrik, kumisnya yang baplang, topi, dan kacamata hitamnya, Walaupun kami ngobrol di malam hari. Sebuah nasehat dari sang ahli.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H