Mohon tunggu...
Hansamu Oyoba
Hansamu Oyoba Mohon Tunggu... Freelancer - Jambi

Berkarya untuk menginspirasi Menulis untuk berbagi Mengajar untuk mencerdaskan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kita Masih Kekurangan Toilet Umum?

17 Mei 2015   06:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:54 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_417973" align="alignnone" width="583" caption="Toilet umum Cimanggung (Kab. Sumedang), toilet ini dibangun oleh pemerintah Indonesia dan Korea Selatan (sumber:koleksi pribadi)"]
[/caption]

Baru-baru ini kompasiana dan Kementrian PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) mengadakan suatu acara yakni kompasiana nangkring bersama kementrian PUPR. Acara ini diselenggarakan pada 7 Mei 2015, yang bertempat di Grha Wiksa Praniti (Kota Bandung) dan kecamatan Cimanggung (Kab. Sumedang). Tema acara ini adalah mengupas penerapan teknologi bidang permukiman.

Acara dimulai dengan penyampaian materi oleh pihak kementrian PUPR yang bertempat di Grha Wiksa Praniti kemudian dilanjutkan dengan perjalanan darat menuju Kecamatan Cimanggung Kab. Sumedang. Perjalanan tersebut ditempuh selama kurang-lebih 1 jam perjalanan.

Nah, sesampainya di lokasi kecamatan cimanggung, perut saya sudah mulai bergolak pertanda tempat penampung limbah sisa makanan sementara di dalam tubuh saya sudah terisi penuh. Terdorong oleh kebutuhan tersebut, saya berpikir untuk menumpang toilet di rumah warga. Mulailah saya mengunjungi salah satu rumah warga dan berharap bisa menggunakan toiletnya, tetapi saya kecewa ternyata di rumah itu tidak ada toilet. Saya tidak putus asa, saya lanjutkan pada rumah warga di sebelahnya, namun fakta yang sama dengan rumah sebelumnya yang saya dapatkan di rumah tersebut, bahwa di rumah tersebut juga tidak ada toilet. Kemudian, disamping rumah yang baru saya datangi, saya melihat ada dua orang anak kecil yang sedang bermain, kepada mereka saya bertanya dimanakah toilet umum terdekat, anak-anak itu menjawab bahwa berjalanlah sebentar lagi ke sana (sambil menunjuk dengan tangan) dan perhatikan bangunan yang didepannya ada payung-payung, itu adalah toilet umum di desa ini. Sungguh berutung ada toilet umum, bagaimana jadinya jikalau tidak ada toilet umum pikir saya dalam hati.

Benarlah, setelah saya berjalan beberapa saat akhirnya saya menemukan bangunan itu. Di sana terdapatempat ruangan yang berfungsi sebagai toilet, dan juga ada tempat untuk berwudu dan mencuci. Saya masuk ke salah satu ruangan, melaksanakan ke inginan perut saya, kemudian melihat keseluruhan ruangan. Ruangan itu berukuran sekitar 4 m2, lantai terbuat dari keramik dan bersih, dindingnya dicat dengan warna putih, pencahayaannya cukup, serta ketika menggunkannya lumayan nyaman.

Setelah itu, saya sempatkan untuk melihat keseluruhan bangunan itu, disampingnya terdapat tempat menunggu yang ada tempat duduknya. Kemudian, saya mencoba memutar keran airnya dan saya mendapati pancuran air yang jernih dan kencang, menandakan sumber airnya tersedia dengan baik. Di depan bangunan itu, di pinggir jalan saya mendapati adanya lampu jalan yang berfungsi untuk menerangi jalan di sekitar itu. Di sekeliling bangunan itu terdapat rumah-rumah penduduk dan sebuah sekolah dasar (SD), rumah penduduk ada yang terbuat dari bambu ada juga yang terbuat dari beton.

Tepat didepan bangunan itu, terdapat sebuah rumah penduduk. Pada rumah itu saya melihat adanya ibu-ibu yang sedang berkumpul. Seketika saya hampiri ibu-ibu itu dan bertanya mengenai toilet didepan rumah mereka. “Kami sangat bersyukur dengan adanya toilet ini, toilet ini sangat membantu kami untuk keperluan mandi, mencuci, dan buang air”, jelas ibu Kariyati salah seorang dari mereka. “Toilet ini dipakai oleh hampir seluru warga desa dan warga desa sebelah’’, lanjutnya. Ibu itu menceritakan bahwa sebelum ada toilet ini, ketika ingin buang air besar mereka melakukannya di sungai, hal itu sangat menyusahkan mereka terutama saat malam hari dan saat turun hujan.

Bangunan MCK (mandi, cuci, dan kakus) ini dibangun atas kerja sama pemerintah Indonesia dan pemerinta Korea Selatan. Pemerintah dalam hal ini Kementrian PUPRsedang melaksanakan program 100-0-100 guna mencapai target 100% akses air minum, 0% kawasan kumuh, dan 100% akses sanitasi sesuai dengan RPJMN 2015-2019. Sebagai tindak lanjut dari program tersebut, kementrian PUPR telah melakukan berbagai inovasi teknologi yang melahirkan beberapa produk unggulan seperti tenda Huntara (hunian sementara), Risha (rumah instan sehat sederhana), Rika (rumah instan kayu), Busaron (bambu sarang tawon), dll. Inovasi tekonologi tersebut sudah diaplikasikan di berbagai daerah di Indonesia, misalnya Risha sudah diaplikasikan di provinsi NAD untuk membangun rumah penduduk yang rusak akibat tertimpa bencana gempa dan tsunami tahun 2006.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun