Mohon tunggu...
BonifasiusYohan Pandu
BonifasiusYohan Pandu Mohon Tunggu... Insinyur - Mahasiswa

Seorang mahasiswa teknik di Jerman

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Orkestra atau Indonesia?

14 Februari 2017   22:05 Diperbarui: 14 Februari 2017   22:21 810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Piano tanpa tuts hitam, tidak akan menjadi piano. Orchestra tanpa Conductor tidak akan memulai sesuatu. Mobil tanpa Ban, tidak akan bergerak. Serta, rumah tanpa celah, tidak ada gunanya. Dari illustrasi sederhana tersebut kita dapat melihat bahwa banyak sekali benda – benda di dunia ini yang saling berhubungan termasuk dengan laptop dan keyboard yang sekarang saya gunakan untuk mengetik tulisan ini.

Pertama – tama ijinkan saya memperkenalkan diri, Bonifasius Yohan Pandu. Kerap disapa Han Han. Menurut Stephen Covey, Manusia harus dapat bersinergi bersama – sama dengan manusia lainnya. Hal ini tentu akan menyulitkan jika setiap manusia memiliki banyak pikiran yang berbeda – beda Karena Tuhan memberikan kebebasan untuk segalanya.

Hal ini bukanlah suatu permasalahan yang kecil ataupun besar seperti kasus pembunuhan dengan kopi, namun kita harus melihat ini merupakan sesuatu yang unik. Banyak sekali masalah yang timbul karena perbedaan. Mulai dari perbedaan pendapat di rapat osis, sampai perbedaan Ras ketika Nazi berkuasa. Banyak sekali masalah.

Bagaimana kita bisa merubah sistem yang ada? Kita tidak akan bisa menyuarakan suara kita untuk merubah orang lain. Tentu saja, kita sendiri tidak akan dapat merubah sesuatu yang signifikan. Tapi, untuk merubah sesuatu, kita dapat melakukan bersama – sama seperti Paduan suara yang bernyanyi.

Indonesia merupakan negara yang sangat besar dan memiliki berbagai keberagaman. Mari kita umpamakan Indonesia adalah sebuah Orchestra, itu berarti Bapak Presiden Joko Widodo sekarang memegang posisi sebagai Conductor. Apakah ia bisa mengubah lagu seorang diri? TIDAK! Ia membutuhkan pemimpin dari setiap alat musik untuk bekerja sama dengannya.

Pemimpin dari setiap alat musik dapat kita bayangkan sebagai para gubernur. Pada tanggal 15 Februari 2017, Indonesia akan melakukan pemilihan kepala daerah secara serentak. Kita harus memilih para pemimpin alat musik masing – masing yang akan bekerja sama dengan Bapak Presiden untuk bersama – sama mempersembahkan yang terbaik bagi para penonton. (dalam hal ini rakyat)

Setiap alat musik yang dipimpin dalam suatu orchestra juga sangat beragam, mulai dari Biola, Viola, Cello, Contra Bass, Flute, Oboe, Clarinet, dan lain sebagainya. Tapi dengan berbagai macam karakteristik yang dimiliki oleh masing – masing instrument, Conductor sebagai music director dapat memimpin setiap alat musik untuk menghasilkan suara yang sangat merdu.

Jadi, apakah keberagaman harus kita hapuskan? Kita semua memiliki jawaban masing – masing, namun jawaban saya adalah tidak. Keberagaman merupakan suatu yang indah. Jika tidak percaya, coba langsung saja anda pejamkan mata selama 10 menit tanpa memikirkan apapun, anda pasti tidak akan tahan.(Kecuali anda sering melakukan, seperti teman – teman kita yang sering bermeditasi) Apa artinya teman – teman? Kita tidak akan suka melihat sesuatu yang sama. Kita suka melihat banyaknya warna. Berbagai macam bentuknya dan beragam warnanya.

Dalam musik, kita bebas mengekspresikan diri kita sebebas – bebasnya. Namun, jika kita sekarang sedang ditonton, maka kita akan mengekspresikan diri kita agar kita layak dan enak untuk dipandang. Kembali ke Negri kita tercinta, keutuhan NKRI sekarang sudah seperti eksistensi musik orchestra remaja di Indonesia, HAMPIR PUNAH. Saya bukan orang yang akan berbicara tanpa solusi. Apa yang bisa kita lakukan jika demikian?

Ternyata sangat banyak hal yang kita bisa lakukan, dengan cara – cara yang sederhana. Pertama, mari kita sukseskan pesta demokrasi yang akan diselenggarakan pada tanggal 15 Februari mendatang. Kemudian, mulailah tanamkan pada diri masing – masing kalau kita tidak membenci pluralisme.

Sekarang, mari bersama – sama memilih pemimpin yang dapat memainkan berbagai macam nada yang dapat mempersatukan suara untuk menjadikan lagu yang dibawakan presiden, menjadi indah dan enak untuk dinikmati. Mari kita tunjukkan Indonesia memiliki musik yang indah!

“Let’s bond our energy to wake the sleeping tiger once and for all” – tidak mau disebutkan namanya

*Ad Maiorem Dei Gloriam*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun