Keharusan sejarah demi keharusan sejarah terus terjadi. Â Ketika Ahok diserang BPK, ketua BPK harus menghadapi isu Panama Papers (baca : Sudah Keharusan Sejarah, Panama Papers Terbongkar Tatkala Ahok Diserang).Â
Dan sekarang, dengan divine timing alias kairos yang sangat pas, London merayakan kemenangan Sadiq Khan sebagai walikota muslim pertama di negara yang mayoritas kristen. Dengan otomatis, perjuangan Sadiq menjadi benchmark perjuangan Ahok. Dapatkah Jakarta menjadi London dari sisi yang lain?
Mirip dengan Ahok, Sadiq harus menghadapi isu SARA. Bedanya, karena muslim, Sadiq harus menghadapi kelompok-kelompok Islamphobia. Â Sedang Ahok harus menghadapi kelompok-kelompok yang menggunakan isu Cina. Â Sampai-sampai istilah "Ganyang Cina" muncul secara terbuka.Â
pos-metro.com
Tuduhan Ahok menggunakan isu SARA adalah pemutarbalikan fakta yang sangat menyesakkan hati. Jelas-jelas isu SARA masih suka dimainkan pihak-pihak Anti Ahok. Â Dan kemungkinan berhenti masih belum terlihat selama Kepolisian tidak melakukan apapun soal ini. Â
***
London sudah mengajarkan kepada dunia keindahan dan kekuatan demokrasi. Â Dengan kurang lebih 1,3 juta voters, Sadiq Khan mampu tampil dan berseru, "Inilah demokrasi!". Â Bagi Zac Goldsmith (penantang Sadiq) yang hanya mendapatkan kurang lebih 990 ribu voters, dia harus menerima realitas bahwa itulah yang dikehendaki London.Â
Kalau Inggris yang notabene adalah negara "kerajaan" memperlihatkan kehidupan demokrasi yang sudah demikan dewasa, apakah Indonesia melalui Pilkada DKI 2017 dapat memperlihatkan yang sama? Â Itulah doa dan kerinduan kita bersama. Â Indonesia baru adalah Indonesia yang dewasa dalam kebhinekaan, dan satu dalam kesatuan.
Lagi-lagi Ahok hoki.
Pendekar Solo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H