[caption caption="katadata.co.id"][/caption]Terbongkarnya Panama Papers di dunia Internasional yang hampir bersamaan dengan di tangkap tangannya Sanusi, dan diserangnya Ahok disegala arah, seperti sebuah pertanda Ilahi bahwa semestakung (Semesta Mendukung) Ahok. Sebuah keharusan sejarah sedang terjadi.
Tidak ada teori konspirasi yang bisa diotak-atik untuk mengaitkan terbongkarnya Panama Papers karena rekayasa Jokowi atau Ahok. Di level nasional, bisa saja tulisan-tulisan konspiratif muncul untuk membuat sebuah kebenaran menjadi kabur. Tidak dalam kasus Panama Papers. Kebetulan yang Ilahi?
***
Seorang teman yang bergerak di bidang invenstment banker, dan pernah bekerja langsung dalam transaksi-transaksi semacam ini memberikan pesan BBM kesaya mengenai kebenaran-kebeneran soal Panama Papers yang dia ketahui.
Sebuah realitas yang mengharukan, nasionalisme yang dibangkitkan. Seorang yang ada di tempat jauh dari Jakarta, tapi menjadi tergerak melihat Ahok coba dihajar BPK RI.“I can’t be quite”, katanya. Saya pun ikut bersemangat untuk “berkolaborasi” menuliskan kebenaran.
***
Ketua BPK, Harry Azhar Azis, telah secara terang-terangan mencoba membodohi kita semua dengan beralasan membuat perusahaan offshore di Panama karena anaknya sekolah di luar negeri. Apa hubungannya?
Sebagai pejabat publik dan sangat strategis dibidang audit keuangan, kredibilitas Harry sudah habis dihadapan praktisi yang mengerti dunia keuangan. Kebohongan yang sudah jelas terang benderang.
Ada tiga hal sederhana yang kita semua harus tahu, supaya tidak diombang-ambingkan dengan alasan-alasan konyol seperti sekolah anaknya di luar negeri:
Yang pertama, perusahaan offshore adalah sebuah perusahaan SVP (Special Vehicle Purpose) yang memang dibuat untuk membungkus (wrapping) perusahaan yang sudah ada (existing company). Jadi, perusahaan jenis ini memang sejak awal dibuat untuk MENYEMBUNYIKAN SESUATU.
Yang kedua, untuk membuat perusahaan offshore tidak gratis, tapi memerlukan biaya yang tidak sedikit dan harus benar-benar orang-orang yang bermain di level “big money”. Jadi, sebagai pejabat publik, yang mengaku pengusaha dengan alamat di gedung DPR, Harry harus menjelaskan darimana asal uang yang dia putar.