[caption caption="twitter.com/kurawa"][/caption]
Pegiat sosmed yang pro Jokowi-Ahok, Kurawa, membuat pernyataan yang cukup keras bahwa mulai 6/4/2016 sudah ada operasi senyap yang berjalan, disebut "Operasi Lenyapkan Ahok". Â Pernyataan yang mau tidak mau membuka mata kita semua, bahwa isu Kalijodo, Sumber Waras, Reklamasi bukanlah berdiri sendiri-sendiri, tapi ada sedang memainkan perannya untuk menggoyang Ahok. Â
Mencoba mundur beberapa langkah, kita bisa mencoba menganalisis untung-ruginya keberadaan Ahok di Jakarta.  Ada dua variabel yang bisa dibuat matrix  sederhana untuk memperlihatkan apa yang terjadi apabila : Berhasil, dan Bersih.  Artinya, Ahok bisa berhasil atau gagal menjabat lagi menjadi gubernur DKI 2017.  Dan, Ahok bisa benar-benar bersih, atau bermasalah seperti yang dituduhkan para penentangnya.
Baik pendukung maupun penentang Ahok yang obyektif diasumsikan menginginkan yang terbaik untuk Jakarta, dan Indonesia. Sebab itu para panasbung, dan ABG-ABG yang disinyalir membuat online-online news yang penuh kebencian tidak perlu dimasukkan sebagai variabel. Â Mereka ini hanya penggembira di Indonesia, WNI bukan karena tidak ada rasa kebangsaan, WNA juga bukan karena passpornya hijau. Â Jadi, forget it. Â Ora usah digubris.
Matrix berikut bisa menggambarkan kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi.
[caption caption="Matrix Kemungkinan Ahok - RevolusiMental.com"]
Â
Skenario 1 (Revolution) -Ahok benar-benar bersih dan berhasil menjadi gubernur DKI 2017 kembali. Jika warga DKI memiliki ini, maka revolusi terjadi. Bukan hanya di DKI tapi seluruh Indonesia. Jakarta akan mengejar Singapore, dan akan mampu menjadi percontohan bagi provinsi, kota, dan kabupaten diseluruh Indonesia. Â Sebuah benchmark birokrasi yang bersih, transparan, dan profesional terbentuk. Â Indonesia baru pun hanya tinggal tunggu waktu menjadi dewasa. Â Sebuah mimpi yang menjadi kenyataan.
Skenario 2 (Disaster) - Ahok benar-benar bersih tapi berhasil digagalkan atau bahkan dilenyapkan dari perpolitkan Indonesia. Ahok dikriminalisasi! Â Dan hal ini adalah malapetaka bagi Indonesia, karena kita kehilangan momentum sebuah perubahan. Jokowi pun kehilangan cerita suksesnya, dan hampir pasti operasi akan dilanjutkan menjadi "Operasi Lenyapkan Jokowi". Kalau sudah seperti ini, Indonesia baru benar-benar menjadi sebuah utopia. Â Dalam penegakan hukum, orang jahat yang dilepas lebih dipilih daripada orang baik yang dipenjarakan. Â
Skenario 3 (Open Ended) - Ahok tidak sebersih yang dikatakan, dan akhirnya gagal menjadi gubernur. Â Skenario ini akan membawa ketidakpastian kepimpinan. Sebab sampai hari ini, belum ada lawan Ahok yang benar-benar bisa memperlihatkan bahwa mereka bersih. Â Tetap ada kemungkan orang-orang partai yang berkompeten dan bersih, itu kalau kita mau tetap optimis.
Skenario 4 (Status Quo) - Ahok tidak sebersih yang dikatakan, dan akhirnya berhasil menjadi gubernur. Â Skenario ini akan mengembalikan DKI ke titik nol. Â Karena memang hampir semua pemimpin tidak sebersih yang dikatakan, dan sekarang masih bercokol di 514 kota/kabupaten, 34 provinsi, masih belum dihitung MPR, DPR, Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan, sampai MK pun tetap dihantui "tidak bersih". Â
***
Secara analisis obyektif kerugian yang bisa timbul apabila Ahok bersih dan digagalkan lebih besar daripada sebaliknya. Dan sampai detik ini, Ahok adalah satu-satunya pejabat publik yang BERANI MENANTANG untuk PEMBUKTIAN TERBALIK. Â Dan secara transparan Ahok melaporkan keuangan secara online.
Tentu saja hal itu tetap tidak akan cukup bagi yang tidak menyukai Ahok untuk membuktikan bahwa Ahok benar-benar bersih seperti yang dipersepsikan. Â Sebab itu, sejarah yang akan mencatat bagaimana Ahok akan mampu menghadapi semua gempuran-gempuran yang diarahkan ke dia.Â
Sementara itu tugas kita adalah secara obyektif dan waras selalu memilih kemungkinan yang terbaik untuk bangsa. Â Apakah kita akan mengikuti gelombang "Lenyapkan Ahok" atau kita akan ikut menulis sejarah bersama Ahok, Jakarta Baru untuk Indonesia Baru. Â
Â
Pendekar Solo
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H