Selain 3 nilai utama diatas tentunya masih ada banyak yang mempengaruhi pola pikir Ahok, sehingga pada akhirnya mempengaruhi perilakunya. Tapi pada dasarnya, ketiga hal itu yang sangat menonjol dari Ahok. Bersih, Transparan, dan Professional (BTP) yang bisa dikatakan adalah manifestasi dari Wahyu, Kebenaran, dan Kasih Karunia.
***
Ahok bukan nabi, dewa, apalagi Tuhan. Kekurangan dia tentu ada. Dan Ahok harus terus belajar untuk tidak membunuh kecoak dengan bom, tapi cukup dengan baygon. Artinya, Ahok sudah di jalur yang benar memerangi korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang menjadi akar kebobrokan Indonesia. Tapi Ahok dan tim harus belajar mengurangi dosis "antibiotik" sehingga tidak membuat keracunan obat dalam perjalanan menyembuhkan Jakarta, dan NKRI.
Kombinasi Jokowi-Ahok pada akhirnya memang saling melengkapi dan menyeimbangkan. Sehingga di Istana merdeka, Jokowi bisa kena serang disisi yang seharusnya ditutup Ahok, dan di balai kota Ahok terlihat membutuhkan Jokowi untuk "menolong dia".
Dalam panggung Pilkada DKI 2017, brand Ahok yang Bersih, dan anti Korupsi inilah yang sulit dikalahkan oleh orang-orang baru atau lama. Rakyat Indonesia sudah cukup muak dengan kemunafikan, kebaikan yang tanpa kebenaran, tuhan yang tidak berkemanusiaan, sampai akhirnya nama tuhan yang diperjualbelikan. Indonesia sudah cukup dengan retorika, dan tidak membutuhkan basa-basi. Sekarang waktunya Indonesia membutuhkan revolusi. Revolusi Ahok.
Pendekar Solo
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H