Keseimbagan antara FREEDOM & FORM adalah peperangan filosofis yang ada disetiap kepercayaan sampai ke ateisme pun ada peperangan itu. Ateisme yang percaya tidak ada "tuhan", ternya memiliki standard yang jadi form dalam berbudaya juga, cuma mereka tidak mau menyebut itu sebuah agama. Pada dasarnya mereka memiliki agama bikinan sendiri.
LGBT pun demikan, pada dasarnya mereka ateis yang posmo yang hanya percaya dengan diri sendiri dan membuat aturan-aturan sesuai dengan nafsu dan kepentingan kelompok. Â Artinya, tetap ada form atau bentuk, tapi bentuk itu harus menurut mau mereka. Bahasa jawanya Sak Karepe Dewe (terserah maunya sendiri).
***
Gerakan LGBT akan dibela orang-orang yang "baik hati" tapi tidak bijak. Memberi ruang LGBT-isme untuk semakin bermain diruang publik bahkan berani mendorong pemerintah untuk melegalkan apa mau mereka adalah blunder yang akan bangsa ini sesali.
Prediksi saya, 2019 LGBT di Indonesia akan semakin eksis dengan bermain secara politis. Apabila Jokowi dan pemerintahan sekarang gagal mengantisipasi, LGBT bahkan bisa menjadi celah untuk menggulingkan Jokowi. Â Logikanya sederhana, paham Jokowi adalah paham Bhinneka, dan LGBT akan memainkan isu Bhinneka untuk meraih eksistensi legal dan hukum
Bhinneka yang tidak binal itulah yang seharusnya Jokowi tetap teguh memang garis itu. Melewati garis "kebinalan" LGBT demi kantong-kantong suara akan membuat Jokowi ditinggalkan relawan waras.
Yang jelas, saya pertama kali yang akan menentang. Biarkan Indonesia tetap Berketuhanan Yang Maha Esa, biarkan Obama dan Hillary merusak bangsa mereka sendiri.  Kita tidak perlu ikut-ikutan.  Salam Indonesia Baru, yang tidak binal.
Â
Pendekar Solo
Â
Sumber :