[caption caption="Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama| Ilustrasi: kompas.com"]
[/caption]Â "Di Jepang ada yakuza, di Italia ada mafia, di Amerika ada gangster, di Indonesia ada parpol (partai politik)", demikian perkataan seorang akademisi senior di suatu malam dalam diskusi informal. Guyonan sih, tapi satire itu sangat menusuk ulu hati karena ada kebenaran di dalamnya. Â
Begitu mudahnya, parpol-parpol pindah dukungan demi mencari posisi yang berujung proyek, dan terbongkarnya korupsi-korupsi berjemaah wakil-wakil rakyat yang 'konon' terhormat, serta sumbangnya suara-suara dalam parpol membuat kepercayaan terhadap 'rahim kepimpinan nasional' menjadi luntur.
Dan lebih parah, parpol-parpol seakan-akan begitu kesulitan mencari kader asli untuk diajukan menjadi pemimpin di level daerah, apalagi di level nasional. Entah karena tidak mau memberikan tongkat kepimpinan kepada yang lebih kompeten dan muda, atau memang tidak mempunyai kader, yang jelas nama-nama lama masih terus bertengger di posisi-posisi petinggi parpol.
Sebagai contoh kasus yang paling kelihatan, saking takutnya dengan Ahok, parpol-parpol kebakaran jenggot mengais-ais tumpukan calon pemimpin DKI 2017 yang sepadan dengan Ahok. Â Nama-nama seperti Ridwan Kamil pun coba diangkat, tapi Kamil pun bukan asli orang partai. Â
Kalau kemudian dia mengendarai Gerindra dan PKS di Bandung, itu karena 'perselingkuhan' politik saja. Kamil punya kepentingan, Gerindra punya kepentingan, dan PKS punya kepentingan. Secara politik absah saja, Kamil adalah politisi sama dengan Ahok yang sempat mengendarai Golkar.Â
***
Apabila Ahok menang melalui jalur independen 2017 melawan siapapun yang dari parpol, maka kemenangan Ahok bukan saja terhadap calon tersebut, tapi Ahok menjadi perwakilan emosi rakyat yang merasa dilecehkan parpol-parpol Indonesia. Alias kata, kemenangan Ahok 2017 akan menampar SEMUA MUKA PARPOL dan bisa dikatakan sebuah revolusi tersendiri, revolusi Ahok.Kemungkinan terburuk ini menjadi hitungan tersendiri partai-partai politik.
Dilain pihak, kedekatan Jokowi dengan Ahok yang diperlihatkan secara terang-terangan memperlihatkan dukungan politis Jokowi kepada Ahok, dan ini berarti Jokowi pun sedang berhitung di 2019.  'Rumor' bahwa relawan Jokowi sedang menyiapkan partai dan sudah terverifikasi sampai kelurahan memperlihatkan bahwa PDI-P harus benar-benar berhitung.  Kekuatan relawan Jokowi-Ahok terlihat semakin kuat bahkan sebanding parpol sendiri.
Setelah sekian lama, Pak Ahok, Gubernur yang berhasil mewujudkan Masjid Fatahillah di Balai Kota DKI Jakarta -Jkw pic.twitter.com/2uEjPGMw7
— Joko Widodo (@jokowi) January 29, 2016
Ahok adalah 'anak haram' yang lahir di percaturan dunia politik Indonesia, terutama dunia parpol Indonesia.  Anak singa yang dipelihara dan dipikir bisa menjadi singa sirkus yang ternyata bagaikan 'the roaring lion'.  Akankah Ahok dijegal melalui apapun termasuk 'membeli KPK', semuanya mungkin.  Kita kawal bersama #Jokowi, #Ahok, dan pemimpin-pemimpin baru lainnya untuk #IndonesiaBaruÂ
Â
Pendekar Solo
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H