Mohon tunggu...
Hanny Setiawan
Hanny Setiawan Mohon Tunggu... Administrasi - Relawan Indonesia Baru

Twitter: @hannysetiawan Gerakan #hidupbenar, SMI (Sekolah Musik Indonesia) http://www.hannysetiawan.com Think Right. Speak Right. Act Right.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Jonru, Tommy, dan SBY 'Mewakili' Kelompok Anti Perubahan

29 April 2015   15:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:33 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1430297630326597147

[caption id="attachment_363475" align="aligncenter" width="493" caption="Analis Media Sosial"][/caption]

Pemerintahan Jokowi akan dikenang sebagai pemerintahan yang paling berwarna.  Mulai dari pemilu sampai masa pemerintahanya penuh dengan bunga-bunga love-hate relationship. Berkembangnya teknologi media sosial seakan-akan tanda zaman bahwa memang sudah wangsit alam, Jokowi jadi aktor utama di musim Indonesia baru.

Kegaduhan media sungguh luar biasa.  Kasus Anggun c. Sasmi yang membuat surat terbuka ke Jokowi soal hukuman mati, berkembang menjadi kritik Anggun ke Tribun dan Detik yang dianggap tidak tepat menuliskan berita. Berkembangya sebuah isu menjadi isu lain lebih besar seakan menjadi snowball effect yang bisa berakibat buruk bagi yang terhantam. Surat terbuka Jaya Suprana untuk Ahok yang kemudian dibalas dengan aktifis Soe Tjen Marching Go adalah contoh lain yang bisa membuktikan fenomena ini.

Ditengah kegaduhan ini muncul tiga nama yang sangat menarik perhatian.  Melebihi yang lain, ketiga oknum ini bisa disebut mewakili banyak opini yang berseliweran di media, terutama yang antagonis.  Siapa mereka?  Jonru, Tommy Soeharto, dan SBY.

Jonru melejit jadi aktifis anti-Jokowi yang paling notorious dan fenomenal.  Orang biasa yang jarang dikenal sekarang namanya pun menjadi brand bisnisnya sekaligus masuk kamus slang.  Jangan menjonru, karena jonru lebih kejam dari hukuman mati. Kalimat satire ini sudah menjadi normal dan dimengerti kalayak.  Keren habis.

Tommy Soeharto sang pewaris tahta Soeharto tiba-tiba jadi aktifis medsos yang garang.  Lontaran-lontaran twitternya untuk Yorris dalam kasus Golkar cukup "menakutkan":

"Saya mengecam keras perilaku Yorrys, selama ini anda saya anggap teman tapi ternyata lebih pantas di anggap pecundang."


"Kalau mau main keras saya juga punya sisi keras, sebaiknya jangan main-main dalam masalah ini," (sumber)

Sang kakak ipar Bambang Trihatmojo pun ikut menguatkan bahwa Tommy tidak main-main. Keterbukaan yang sangat mengerikan. Perhatikan pernyataan berikut:

''Saran saya silakan temui tommy dan bicara baik2, tommy sangat sulit tersinggung, namun jika tersinggung silakan lihat sendiri.'' (sumber)

SBY sang mantan presiden yang secara sistematis mencoba merangkak kembali ke panggung politik Indonesia. Mulai dari pembuatan akun presiden yang akhirnya menjadi akun pribadi, terlihat SBY memang aktor intelektual hebat yang selalu mengukur segala sesuatunya.

Kasus terkini adalah klarifikasi SBY yang secara aneh menyerang Jokowi, memperlihatkan dengan jelas bahwa SBY menggunakan isu-isu terkini untuk mengangkat namanya kembali.  Dan jangan pernah remehkan SBY, Megawati sudah merasakan kelihaiannya, sebab itu masih sakit hati.  SBY memang lihai.

Bahkan soal hukuman mati pun dengan 'tidak malu lagi' SBY mengklaim jasa-jasanya dengan Australia.  Tujuannya jelas mendeskreditkan kebijakan Jokowi soal hukuman mati warga Australia.

Tadinya saya berharap selama berada di Australia bisa mendiskusikan bagaimana hubungan yang terganggu saat ini bisa dipulihkan.


Tanpa diminta, mungkin saya bisa bantu pemerintah agar hubungan baik kita tetap terjaga, termasuk "people-to-people relation".

Namun, situasinya belum kondusif untuk itu. Daripada kontra produktif, saya putuskan untuk menunda kunjungan saya ke Australia.

(Sumber)

***

Jonru mewakili kelompok radikal & sektarian agamis, Tommy mewakili status quo orba, dan SBY mewakili oportunis baru yang terbentuk selama masa reformasi.  Ketiga kekuatan laten inilah yang terus menjadi kegerakan anti perubahan. Jokowi dan Ahok hanyalah pribadi-pribadi yang kebetulan mewakili perubahan.  Kalau misalnya diganti Supriyanto dan Jacky Chen pun, asalkan perubahan-perubahan mau dikerjakan, maka ketiga arus ini ini akan resistan.

Bagaimana Jokowi menghadapi ketiga kelompok ini? Masih banyak kartu yang belum dibuka, tapi yang jelas pendekatan Jokowi yang sudah terlihat adalah fokus pembangunan ekonomi dan membuat kerja sama politik seluas mungkin serta  memperkuat posisi hukum dan keamanan.

Sampai saat ini, pendekatan Jokowi ini cukup ampuh untuk membendung perlawanan anti-perubahan.  Bagi pendukung perubahan kita dukung dan doakan perubahan tidak dihentikan oleh siapapun dan apapun.  Kita bangun Indonesia baru untuk tatanan dunia baru!

Pendekar Solo



HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun