[caption id="attachment_408596" align="aligncenter" width="565" caption="biografijokowi.com"][/caption]
Tersenyum penuh arti ketika membaca problematika DP mobil pejabat mencuat. Semakin lebar senyumnya ketika perpres mencabut akhirnya dikeluarkan. Menjadi ketawa melihat reaksi pendukung maupun hatters persoalan ini. Reaksi pertama mem-bully. Kedua, memaklumi. Ketiga, menyayangkan. Keempat, menyalahkan staf dan anak-buahnya.
Bagi yang mengikuti kepimpinan Jokowi dari Solo tahu persis bahwa kekuatan Jokowi justru ada dalam ketelitian membaca satu per satu setiap anggaran. Sekda (sekretaris daerah) tidak begitu banyak berkutik dan memainkan anggaran dengan pola Jokowi.
Gaya Jokowi plus Ahok ini akhirnya meledak dengan penyerapan anggaran DKI yang kecil. Plus, ditiupnya isu 12,1 T anggaran siluman oleh Ahok. E-budgeting yang di-push oleh Jokowi juga memperlihatkan bahwa Jokowi adalah pemimpin yang tahu persis soal permainan anggaran.
Problematika DP mobil pejabat hanyalah satu dari sekian "Jokowi Style" yang tidak begitu dipahami oleh khalayak. Saya menyebutnya "kepemimpinan Jawa". Jokowi otentik dan konsisten dan gaya itu, persoalan disukai atau tidak itu urusan lain. Apakah gaya itu cocok atau tidak, sudah terbukti membawa dia ke jenjang RI-1, dan sekarang tinggal membuktikan hasilnya.
***
Peperangan "dingin" antara DPR dan Jokowi tetap ada. Tidak sepanas Ahok dan DPRD. Dan jelas bahwa JK semakin memperlihatkan ketidaknyamanan di bawah Jokowi (seperti diduga). Akibatnya adalah harus bermain taktis dan strategis. Dan hal seperti ini tidak bisa diungkapkan ke publik bukan?
Publik sendiri yang harus bisa membaca yang tersurat maupun yang tersirat. Seperti ping-pong harus bisa membaca kapan bola kosong, kapan bola plintir. Yang dimiliki Jokowi adalah pendukung. Sebab itu memang salah satu stylenya adalah "biarkan rakyat bersuara".
Sudah pasti DP pejabat akan menimbulkan suara gaduh rakyat. Sangat mengherankan tiba-tiba muncul berita ini di media. Siap "whisteblower"-nya? Dari sana seharusnya pengamat jeli bisa menangkap bahwa strategi-strategi gila seperti ini perlu dilakukan menghadapi orang-orang gila juga.
DPR akhirnya tidak mendapatkan apa yang mereka mau. Uang. Jokowi apa ruginya? Mengurangi popularitas, di-bully, disalahmengerti. Dan untuk itu saya ikut tersenyum saja cengengesan seperti Jokowi.
***
At the of the day, dari sudut pengamat jangan hanya membaca yang tersurat, belajar membaca yang tersirat. Untuk membaca seseorang harus lebih ke analisis gaya kepimpinan, track record, dan gambar besarnya. Gaya normatif SBY misalnya, seluruh keputusannya "bagus" dan "wow", tapi hasilnya? Karena semua hanya di atas kertas bukan yang substantif.
Membaca Jokowi menjadi menarik karena jenis ini belum pernah ada. Mahasiswa Solo yang gembar-gembor mau menggulingkan Jokowi (entah Solo bagian mana), ketika sehari setelahnya Jokowi hadir di Sumber, Solo (rumahnya). Tidak ada satu pun mahasiswa yang demo nongol. Hello? Â Ajaib bukan.
Pendekar Solo
Catatan:
jokopedia.org adalah kumpulan kinerja kabinet Jokowi. Â Menarik untuk dibaca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H