Mohon tunggu...
Hanny Setiawan
Hanny Setiawan Mohon Tunggu... Administrasi - Relawan Indonesia Baru

Twitter: @hannysetiawan Gerakan #hidupbenar, SMI (Sekolah Musik Indonesia) http://www.hannysetiawan.com Think Right. Speak Right. Act Right.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Maksiat Sex Rohani

4 Januari 2014   12:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:10 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pornografi, free sex, dan penyimpangan seksualitas sudah ada sejak adanya manusia.  Dari relief-relief di peninggalan kuno seperti Candi "porno" Sukuh di daerah lereng Lawu, Candi Konark Sun di India, Italia, Ceko, Oslo kita bisa melihat tempat-tempat yang bisa disebut "maksiat rohani".

Yunani dengan dewa-dewinya yang banyak, tidak terhitung kisah cinta antar mereka.  Di China ada perselingkuhan antara Siluman Ular Putih dengan seorang manusia pelajar biasa.  Bahkan di agama samawi ada Sulaiman yang istri dan selirnya banyak.

Nafsu Sex adalah nafsu yang membingungkan.  Tanpa nafsu itu, tidak akan ada perkembang-biakan manusia. Tapi jelas nafsu itu menduduki ranking 3 tertingi dalam dosa 3 T, Tahta - Harta - Wanita.

Di lihat dari sudut hubungan fisik.  Hubungan sex adalah hubungan TERINTIM yang bisa dilakukan antar dua makhluk hidup.  Disinilah terletak hubungan analogi seksualitas dan spiritualitas.  Spiritualitas pada dasarnya adalah hubungan antara makhluk hidup dengan Tuhan-nya.   Jadi keduanya adalah bentuk HUBUNGAN.

Sebab itu cinta Yesus, Muhammad, Budha, Kresna, atau tokoh-tokoh yang lain adalah bentuk kerohanian yang terungkap dari masing-masing pemeluknya.   Rasa cinta inilah yang kadang bersifat irasional.  Kalau sudah jatuh cinta, semua di halalkan, "demi cinta".

Dalam cerita-cerita kisah cinta yang sampai berani bunuh diri bersama atau minimal kawin lari, memperlihatkan betapa KEKUATAN CINTA yang mampu mengalahkan akal sehat.

Melihat dari sudut pandang ini, inilah yang melahirkan bentuk-bentuk teroris.  Mereka begitu mencintai "sesuatu" dan menghidupinya tanpa pakai otak waras.  Perselingkuhan mereka dengan angan-angan utopia yang mampu membutakan mata mereka bahwa "membunuh" karena alasan apa pun itu SALAH!  Tapi karena cinta gila mereka mungkin mengalami "orgasme" (cat: maaf), di saat melakukan semua kegilaan itu.  Karena alasan spiritualitas?  Bukankah layak kita menyebutnya maksiat sex rohani?  Cinta... o..Cinta...berjuta rasanya.

Pendekar Solo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun