Mohon tunggu...
Hanny Setiawan
Hanny Setiawan Mohon Tunggu... Administrasi - Relawan Indonesia Baru

Twitter: @hannysetiawan Gerakan #hidupbenar, SMI (Sekolah Musik Indonesia) http://www.hannysetiawan.com Think Right. Speak Right. Act Right.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Film Noah Pantas Ditonton!

3 April 2014   08:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:09 2888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sumber

Bagaimana bisa film Noah lebih haram dari tali pocong perawan dan sebangsanya.  Argumen yang diberikan cuma sebatas "tidak sesuai kitab suci"   (Baca: Pantas Saja Film Noah Dilarang!)  Belajar kitab suci ya dari Gereja, Mesjid, Kelenteng, atau rohaniwan bukan dari film. Bagaimana bisa iman rontok karena film.  Kalau rontok ya berarti belum beriman.  Aneh sekali.

Film-film epik seperti Mahabarata itu adalah nuansa hindu, dan kristen tidak percaya ada dewa-dewa , tapi cerita Mahabarata itu adalah cerita yang luarbiasa penuh nilai-nilai kehidupan yang PANTAS ditonton.  Film Umar bin Khattab itu sangat menarik sekali dan sangat memberkati bagi saya, biarpun belum melihat keseluruhan.  PANTAS di tonton juga.

Davinci Code dan sequelnya memperlihatkan konspirasi teori di kalangan gereja yang penuh intrik.  Yesus punya anak, itu kan kurang ajar sekali sebetulnya bagi orang Kristen.  Tapi, bagi saya ga masalah koq.  Yesus tetap Tuhan bagi saya.  Orang mau ngomong apa juga, iman kan dari hati? Justru dari film-film fiktif tentan Yesus itu dapat dipelajari cara berfikir atheis, atau christian-haters, dan dari situ kita bisa belajar ber-apologetika (menjawab iman dengan rasio) minimal untuk diri sendiri atau kalau ditanya.

Lagian, kalau melihat pocong, dan sekwilda (sekitar wilayah dada) itu halal, tapi  nontoh film Noah haram, Bukankah akan menjadi paradox dan suatu tertawaan anak cucu?  Jelas suatu pemikiran sektarian yang ga pas.  Karena nama pocong tidak ada di kitab suci, maka boleh ditonton biarpun tidak ada nilai-nilai yang patut dipelajari. Suatu argumen yang tersirat dan sangat absurd.

Seharusnya Muchlis Paeni dan konco-konco bermain di universal values  bukan berdasarkan sentimen golongan.  Nilai utama umum di film Noah bagi saya sederhana.  Ketaatan!  Ketika seorang yang tidak mampu, tapi disuruh Tuhan untuk suatu misi dan dia taat.  Dengan film Noah kita bisa mengajar anak-anak kita, Bahtera Nuh dibangun atas ketaatan, tapi Titanic dibangun atas dasar kesombongan.  Bukankah itu menjadi nilai-nilai yang luar biasa? Di lain pihak, mau belajar apa dari pocong-pocong itu? Sadar gitu lho.

Pendekar Solo

Related Articles:


Terbongkar, Penyebab Film Noah Tidak Lolos Sensor!

Film Noah pun di Haramkan, Maunya Apa?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun