Mohon tunggu...
Hanny Setiawan
Hanny Setiawan Mohon Tunggu... Administrasi - Relawan Indonesia Baru

Twitter: @hannysetiawan Gerakan #hidupbenar, SMI (Sekolah Musik Indonesia) http://www.hannysetiawan.com Think Right. Speak Right. Act Right.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menimbang Konvensi ala Demokrat

18 Mei 2014   07:01 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:24 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kembali ke konvensi sebagai suatu sistem pencarian capres, bagi rakyat yang terpenting adalah calon terbaik yang diajukan.  Ketika rakyat tidak diberikan pilihan-pilihan yang terbaik, demokrasi menjadi terasa tidak membawa berkat.  Memilih yang terbaik dari yang baik-baik, lebih baik daripada memilih yang baik dari yang jelek-jelek.

Kondisi parpol di Indonesia sudah demikian pragmatisnya.  Bahkan semua partai agama dalam kampanye tidak ada yang mengatakan partai agama.  Semua mengatakan partai terbuka.  Kalau boleh fair, satu-satunya yang masih memegang idealisme yang jelas hanyalah PDI-P.  Walaupun bukan partai tanpa masalah, tapi paling tidak memiliki sesuatu yang diperjuangkan.  Sukarnoisme.

Melihat kondisi tersebut, konvensi adalah sistem yang patut di pertahankan.  Tetapi, melihat betapa rumitnya permasalahan birokrasi di Indonesia, parpol seharusnya mampu menjadi tempat belajar berpolitik para calon-calon pemimpin. Sehingga, menurut penulis, konvensi ala Demokrat sebaiknya di adakan hanya internal parpol tersebut. Misalnya PDI-P mengadakan konvensi dengan peserta Jokowi, Pranada, Puan, Budiman Sudjatmiko dsb.  Itu akan jauh lebih demokratis lagi.

Bagaimana dengan orang-orang di luar parpol?  Sistem independen seharusnya dibuka lagi dengan kriteria yang diperjelas dan fair.  Kita bukan lagi negara yang baru merdeka, yang siapa saja bisa jadi presiden.  Sudah ada birokrasi dan sistem yang berjalan.  Bermain dalam sistem tidak semudah bermain di luar sistem.

Pendekar Solo

Opini Terkait:

Ramai Dikicaukan, Mempertanyakan Partai Terbuka vs Partai Agama

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun