Substansi berbeda dengan Retorika. Â Membandingkan Jokowi vs Prabowo dengan Obama vs Romney seperti membandingkan mobil dan pesawat terbang. Â Kita belum sampai ke taraf itu. Tapi kita bisa belajar bagaimana substansi dalam perdebatan bisa meliputi konsep, implementasi, bahkan sampai ke pribadi dan itu sah-sah saja.
Jokowi lebih substansial ke implementasi, Prabowo ke konsep bahkan cenderung text-book. Dan jelas ini seperti membandingkan apel dengan jeruk. Secara rasional tidak bisa dibandingkan head-to-head. Tapi dari substansi ini dapat disimpulkan mana yang lebih dibutuhkan rakyat Indonesia sekarang ini, yang mau bekerja atau yang sekedar beretorika.
#4 Konsistensi
Semua pernyataan kita akan gugur kalau saling bertabrakan satu dengan yang lain. Â Konsistensi ini dipengaruhi dengan misi dan otentik. Â Bangsa ini sepakat tidak mau presiden yang double-standard. Artinya, selalu berubah-rubah wajah dan opini bergantung kepada keadaan dan situasi.
Jokowi konsisten dengan gaya, pesan, dan misinya. Â Prabowo konsisten "nasionalisme" dan gaya oratornya.
Tapi terasa sekali, untuk ronde kedua, Prabowo sedang mencoba merubah image emosional dengan cara membuat joke-joko, merangkul Jokowi, cipika-cipiki dengan mantan, membawa anaknya. Â Justru disini terlihat tidak konsisten, karena sedang mencitrakan sesuatu.
#5 Â Artikulasi
Penyampaian pesan dan juga berusaha mempengaruhi pendapat pemirsa jelas adalah hal yang sangat penting. Â Mengartikulasikan Presuposisi-Esensi-Substansi-Konsistensi dalam sebuah artikulasi yang memikat dibutuhkan.
Disini pendukung Jokowi menyadari bahwa Jokowi lemah dari sudut artikulasi khususnya untuk audience yang lebih educated. Â Tapi kalau untuk grass root, "ala Jokowi" ini masih diterima bahkan faktor kunci kemenangan.
Di lain pihak, Prabowo boleh dikatakan bisa menjadi motivator yang baik. Masalah nanti data keliru atau cenderung di mainkan seperti isu #UUDesa, itu tidak penting yang penting penampilan bagus dan dapat mempengaruhi orang.
Konklusi: