Mohon tunggu...
Hanny Setiawan
Hanny Setiawan Mohon Tunggu... Administrasi - Relawan Indonesia Baru

Twitter: @hannysetiawan Gerakan #hidupbenar, SMI (Sekolah Musik Indonesia) http://www.hannysetiawan.com Think Right. Speak Right. Act Right.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menuduh Revolusi Mental adalah PKI, Masih Waraskah?

26 Juni 2014   23:36 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:44 696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kalau diumpamakan lomba lari jarak jauh, 15 hari kedepan pilpres 2014 sudah sampai tahap SPRINT.  Semua kekuatan dikeluarkan untuk menjadi yang terbaik.  Disaat-saat sepert ini lah rakyat Indonesia disuguhi pertunjukan yang membikin mual, muak, dan mangkel (3M).  KPU dan Bawaslu bagaikan seonggok pohon pisang yang tidak bisa apa-apa.

Resiko terlalu besar untuk menghentikan proses pilpres karena faktor hukum, karena bisa menimpulkan huru-hara bagi yang dikenai sanksi.  Akibatnya pembiaran yang luar biasa terjadi. Kalau tuduhan dan umpatan terjadi antar simpatisan, kita maklumi sebagai proses belajar demokrasi.  Tapi kalau keluar dari jubir resmi capres diusung dan KPU/Baswalu hanya "meneng thok" kata orang jawa, orang awam cuma bisa geleng-geleng prihatin.

Kali ini Fadli Zon berkicau lagi, dan tidak tanggung-tanggung dia menuduh revolusi mental adalah PKI. Pendukung-pendukung Prahara yang terhormat, rasional, dan "masih waras " saya yakin masih ada.  Tapi jelas Fadli Zon BUKAN salah satu yang waras.

Apalagi Fadli Zon bukanlah simpatisan, dia termasuk corong resmi kubu Prahara.  Jadi saya boleh berasumsi Fadli Zon = Prahara = Prabowo.  Pendukung prahara jangan ada yang merasa keberatan dengan kesimpulan saya.  Ini fakta.  Justru komentar kompasianer pro prahara bagi saya buka suara resmi dari Prahara atau prabowo.  Cuma opini, bukan fakta.

Kita perhatikan kicauan gilanya sama-sama:


Menggunakan satu hal dengan konteks yang berbeda demi kepentingan pribadi itu namanya MANIPULASI. Kata anjing bisa berarti banyak tergantung konteksnya:

Anjing menggonggong kafilah berlalu

Anjing-anjingan

Anjing kamu!

Sate anjing

Semua arti kata leksikal anjing bisa berarti kata konotatif yang macam-macam.  Semua tergantung konteks. Saya yakin Fadli Zon bukannya tidak mengerti apa yang dimaksud Revolusi Mental yang dimaksud Jokowi. Tapi dengan otak culas dan manipulatifnya dia mencoba membuat "cerita lain".  Ahistoris adalah teknik jahat dalam sejarah (historis).  Melupakan konteks, melupakan sejarah.

Satu hal yang bagus dari manusia satu ini adalah mengajar kita, minimal mengajar saya untuk mengerti arti sabar dan mengampuni.  Orang koq bisa sejahat ini.  Jokowi Kristen, Jokowi China, Jokowi Yahudi, sekarang Jokowi PKI #GelengGeleng.  Dan ini RESMI dan FAKTA dari orang Prahara, bukan simpatisan!  Mau alasan apa lagi?

Pendekar Solo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun