Kalau diumpamakan lomba lari jarak jauh, 15 hari kedepan pilpres 2014 sudah sampai tahap SPRINT. Â Semua kekuatan dikeluarkan untuk menjadi yang terbaik. Â Disaat-saat sepert ini lah rakyat Indonesia disuguhi pertunjukan yang membikin mual, muak, dan mangkel (3M). Â KPU dan Bawaslu bagaikan seonggok pohon pisang yang tidak bisa apa-apa.
Resiko terlalu besar untuk menghentikan proses pilpres karena faktor hukum, karena bisa menimpulkan huru-hara bagi yang dikenai sanksi. Â Akibatnya pembiaran yang luar biasa terjadi. Kalau tuduhan dan umpatan terjadi antar simpatisan, kita maklumi sebagai proses belajar demokrasi. Â Tapi kalau keluar dari jubir resmi capres diusung dan KPU/Baswalu hanya "meneng thok" kata orang jawa, orang awam cuma bisa geleng-geleng prihatin.
Kali ini Fadli Zon berkicau lagi, dan tidak tanggung-tanggung dia menuduh revolusi mental adalah PKI. Pendukung-pendukung Prahara yang terhormat, rasional, dan "masih waras " saya yakin masih ada. Â Tapi jelas Fadli Zon BUKAN salah satu yang waras.
Apalagi Fadli Zon bukanlah simpatisan, dia termasuk corong resmi kubu Prahara. Â Jadi saya boleh berasumsi Fadli Zon = Prahara = Prabowo. Â Pendukung prahara jangan ada yang merasa keberatan dengan kesimpulan saya. Â Ini fakta. Â Justru komentar kompasianer pro prahara bagi saya buka suara resmi dari Prahara atau prabowo. Â Cuma opini, bukan fakta.
Kita perhatikan kicauan gilanya sama-sama:
1. Indonesia tak ada hub dg NAZI, yg ada dg komunis. Nah 'Revolusi Mental' punya akar kuat tradisi paham komunis.— Fadli Zon (@fadlizon) June 26, 2014
2. Karl Marx gunakan istilah 'Revolusi Mental' th 1869 dlm karyanya Eighteenth Brumaire of Louis Bonapartem.' — Fadli Zon (@fadlizon) June 26, 2014
3. 'Revolusi Mental' jg jd tujuan May Four Enlightenment Movement di China 1919 diprakarsai Chen Duxui (pendiri Partai Komunis Cina).— Fadli Zon (@fadlizon) June 26, 2014
4. Aidit PKI, hilangkan nama Achmad dr nama depannya n ganti dg Dipa Nusantara (DN) dg alasan 'Revolusi Mental' yaitu hapus yg berbau agama. — Fadli Zon (@fadlizon) June 26, 2014
Menggunakan satu hal dengan konteks yang berbeda demi kepentingan pribadi itu namanya MANIPULASI. Kata anjing bisa berarti banyak tergantung konteksnya:
Anjing menggonggong kafilah berlalu
Anjing-anjingan
Anjing kamu!
Sate anjing
Semua arti kata leksikal anjing bisa berarti kata konotatif yang macam-macam. Â Semua tergantung konteks. Saya yakin Fadli Zon bukannya tidak mengerti apa yang dimaksud Revolusi Mental yang dimaksud Jokowi. Tapi dengan otak culas dan manipulatifnya dia mencoba membuat "cerita lain". Â Ahistoris adalah teknik jahat dalam sejarah (historis). Â Melupakan konteks, melupakan sejarah.
Satu hal yang bagus dari manusia satu ini adalah mengajar kita, minimal mengajar saya untuk mengerti arti sabar dan mengampuni. Â Orang koq bisa sejahat ini. Â Jokowi Kristen, Jokowi China, Jokowi Yahudi, sekarang Jokowi PKI #GelengGeleng. Â Dan ini RESMI dan FAKTA dari orang Prahara, bukan simpatisan! Â Mau alasan apa lagi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H