Mohon tunggu...
Hanny Setiawan
Hanny Setiawan Mohon Tunggu... Administrasi - Relawan Indonesia Baru

Twitter: @hannysetiawan Gerakan #hidupbenar, SMI (Sekolah Musik Indonesia) http://www.hannysetiawan.com Think Right. Speak Right. Act Right.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pileg vs Pilpres: Perbedaan Reaksi SBY Tentang Quick Count

10 Juli 2014   15:22 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:46 2074
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belum hilang dari ingatan kita.  Dengan sangat mengejutkan, di pemilu legislatif kemarin, SBY adalah yang pertama mengucapkan selamat atas kemenangan kepada PDI-P, Golkar, dan Gerindra berdasarkan Quick Count.  Sekali lagi saya tekankan, berdasarkan quick count!

Berikut adalah pemberitaaan dan kalimat langsung SBY ke media massa:

Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan ucapan selamat kepada PDI Perjuangan yang dinyatakan unggul dalam berbagai penghitungan cepat (quick count) oleh berbagai lembaga survei.

"Atas nama Partai Demokrat, kami juga ucapkan selamat kepada partai-partai yang memperoleh suara relatif lebih tinggi (dari Demokrat), khususnya PDI Perjuangan, Golkar, dan Gerindra," kata SBY dalam jumpa pers di Cikeas, Bogor, Rabu (9/4/2014) malam. (Sumber)


Jelas sekali SBY dan partai-partai yang menang seperti PDI-P, Golkar, dan Gerindra tidak ada masalah dalam mempercayai hasil QC sebagai indikasi awal hasil real count.  Dan itu termasuk para pendukung-pendukungnya.  Semua happy dengan hasilnya menang atau kalah, dan langsung bergerak membentuk koalisi.

Sayangnya, suasana diatas tidak berlanjut di pilpres.  Hasil quick count sudah keluar, dan ketika sang pemenang dan pendukungnya secara spontan mengungkapkan kegembiraan, ternyata pihak yang kalah menjadi tegang, pendukungnya pun terpengaruh sang pemimpin.

Mengapa SBY berbeda reaksi di pilpres?

Reaksi SBY adalah memanggil Jokowi-JK, dan Prabowo-Hatta ke rumahnya.  Signal yang diberikan adalah "Jagalah Perdamaian" dan "Jangan merayakan kemenangan dulu".   Jelas-jelas ini pesan politik, bukan pesan lugas untuk rakyat.

Setelah masa kampanye hitam dan negatif yang sangat emosional, kemenangan quick count adalah kemenangan emosional.  Mengapa rakyat tidak boleh bersuka cita untuk suatu kemenangan?  Elite yang berduka karena kemenangan Jokowi, dan rakyat ikut dipaksa berduka juga, demikankah?

SBY sebelumnya memberikan signal ada potensial kerusuhan dan sebagainya yang menjurus berita yang menakutkan rakyat.  Apa maksud anda pak presiden?  Bukankah saat ini seharusnya SBY tampil di depan dan dengan tegas mengatakan "Siapapun pemenangnya harus kita dukung, yang kalah jangan macam-macam saya akan libas!" Mengapa takut?

Quick Count Bagi Rakyat

Untung ada Quick Count yang dilakukan independent survey dan realtime.  KPU tidak 100% bersih kepentingan, dengan "dijaga" oleh QC yang kredibel dan dari berbagai sumber, potensi kecurangan KPU bisa dikendalkian.

Bagi rakyat, QC adalah anjing penjaga yang menguntungkan. Perhitungan di KPU, gelap gulita cara prosesnya.  Bisa 1001 macam hal terjadi.

QC tidak kredible? Apabila dilakukan secara statistis yang benar, QC adalah 100% kredible.

Apakah QC bisa dimainkan? Bisa.  KPU saja bisa, apalagi QC.  tapi kalau memainkan 11 lembaga survey itu hampir tidak mungkin.  Independen survey ini yang membuat rakyat yang mendapatkan proteksi hak suaranya.

Bagaimana kalau hasil QC beda jauh dari Real Count? Inilah yang harus dikawal.  Pilpres bukan pertandingan sepakbola yang setiap detik bola bisa berubah.  Pencoblosan SUDAH SELESAI.  Tidak mungkin ada penambahan atau pengurangan (kecuali pilpres ulangan dibeberapa TPS).

1 hal lagi, 2004 dan 2009, kita mengetahui kemenangn SBY juga dari Quick Count.   Mengapa sekarang harus dibesar-besarkan? Jawaban logisnya, setelah bertahun-tahun berambisi jadi presiden dan kemudian kalah dengan tragis membuat secara psikologis DENIAL.  Dan itu diperparah dengan orang-orang sekelilingnya yang mengkompori kearah denial.

Kita doakan bersama, supaya yang kalah bisa menerima realitas sepahit apapun.  Dan SBY beserta jajarannya tidak intervensi ke KPU, dan segera memberikan jaminan keamanan ke masyarakat.  Bukan mendiamkan.

Pendekar Solo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun