Mohon tunggu...
Hanny Setiawan
Hanny Setiawan Mohon Tunggu... Administrasi - Relawan Indonesia Baru

Twitter: @hannysetiawan Gerakan #hidupbenar, SMI (Sekolah Musik Indonesia) http://www.hannysetiawan.com Think Right. Speak Right. Act Right.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jokowi Menang, Gelombang Kembali Rumah Terjadi

2 Agustus 2014   17:50 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:36 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_317530" align="aligncenter" width="500" caption="Reverse Culture Shock"][/caption]

Salah satu hal yang positif dari kemenangan Jokowi-JK di Pilpres 2014 adalah terjadinya gelombang "pulang kampung" alias "mudik for good" ke Indonesia. Hal tersebut terindikasi awal ketika diaspora Indonesia atau orang-orang Indonesia yang merantau terlihat sangat  antusias sekali memenangkan Jokowi-JK.

Kecuali di Malaysia yang kisruh dengan sistem drop-boxnya hampir semua negara Jokowi-JK menang telak di LN.  Dan jangan lupa, naiknya partisipasi masyarakat diaspora Indonesia yang hampir 3 kali lipat sebelumnya memperlihatkan betapa darah Indonesia tetap akan berteriak keras di negara manapun tinggal.

Jokowi efek tersebut rupanya tidak hanya berhenti di pilpres,  Diaspora Indonesia mulai tergerak untuk yang tadi dikatakan "pulang kampung".   Seakan-akan ibu pertiwi sedang memanggil pulang putra-putrinya untuk membangun Indonesia Baru.  Sebuah homecoming call movement (pergerakan panggilan pulang) sedang terjadi.  Mengharukan.

***

Kegerakan ini harusnya disikapi semua pihak dengan sangat antusias.  Pemerintah, korporasi, masyarakat, sampai keluarga, dan handai taulan harus mampu berselancar diatas gelombang sosial ini dengan lincah. Diaspora Indonesia yang mendengar panggilan pulang ini rata-rata adalah orang-orang yang sekolah di LN dan kemudian bekerja disana karena kepandaian mereka belum begitu dihargai di Indonesia.

Dengan Indonesia Baru ini mereka mulai melihat kesempatan bisa menggunakan kepandaian mereka untuk membangun bangsa.  Sebab itulah gelombang ini akan mampu mem-boosting apa yang Jokowi katakan sebagai revolusi mental.

Ada mentalitas dan budaya yang berbeda yang akan Diaspora Indonesia ini bawa ke Indonesia.  Baik dan buruknya akan berimbas ke bangsa ini.  Cultural clash atau bentrokan budaya akan terjadi.  Tapi tanpa perubahan yang radikal, mustahil sebuah revolusi akan terjadi.  Tsunami Diaspora Indonesia ini sudah seharusnya terjadi untuk mendobrak stagnansi mental di Indonesia.  Selamat datang profesionalisme.

***

Banyak yang tidak mengerti bahwa REVERSE CULTURE SHOCK (Goncangan Budaya Balik)  jauh lebih berat dari culture shock (goncangan budaya).  Reverse Culture Shock akan dialami Diaspora Indonesia yang mendapat panggilan pulang ini.

Kalau boleh sedikit curhat, sudah 10 tahun saya pulang ke bangsa ini.  Goncangan budaya balik itu masih sangat terasa.  Bayangkan padahal cuma 7 tahun saya tinggal di US, tapi dampak goncangan budaya balik itu tidak dapat dihilangkan begitu saja.

Sebagai misal, fenomena Jokowi sangat sulit di tangkap dan diterima pengamat-pengamat politik "lulusan amrik/barat" di awalnya karena Jokowi datang dari pendekatan politikus jawa.  Analisa-analisa modern kadang tidak mampu menangkap fenomena variabel budaya ini.

Justru bagi yang pernah sekolah di barat akan tahu bahwa Prabowo dan Hasyim itu sangat amrik, jauh dari budaya Indonesia.   Ini salah satu hal saja yang saya sebutkan mendaratkan ilmu barat ke Indonesia itu butuh bantuan semua pihak, karena faktor budaya akan bisa menghalangi.

***

Peran pemerintah seharusnya memberikan insentif bagi diaspora Indonesia yang memiliki kepandaian lebih untuk bisa bekerja di Indonesia.  Di Singapore, orang-orang IT S2 diberi kemudahan untuk mendapatkan residence permit karena mereka dianggap bisa berkontribusi untuk bangsa.  Pemerintah Indonesia harus bisa menjadi katalis gelombang pulang kampung ini dengan kemudahan-kemudahan bagi orang terbaik Indonesia.  Indonesia Baru membutuhkan mereka.

Peran swasta adalah memberikan kesempatan pekerjaan dan parternship dengan mereka dengan kompensasi yang "sewajarnya".  Terbiasa di gaji dollar, kemudian di gaji rupiah lebih dari sekedar goncangan budaya balik, tapi juga masalah gengsi.  Ingat mereka tidak hanya membawa diri sendiri tapi juga membawa jaringan yang besar dibelakang mereka untuk membangun bangsa.

Peran masyarakat dan keluarga adalah membantu mereka untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan yang lama tapi sudah asing bagi mereka.   Bukan hal yang mudah kembali ke Indonesia setelah sekian lama hidup di suatu sistem masyarakat maju yang tertata rapi.  Di Indonesia jauh lebih liar dan penuh faktor kejutan.

***

[caption id="attachment_317532" align="aligncenter" width="500" caption="80couches.com - Reverse Culture Shock Diagram"]

1406951352754019597
1406951352754019597
[/caption]

Last but not least, artikel sederhana ini semoga bisa sampai ke teman-teman di Luar Negeri yang tergerak pulang karena panggilan ibu pertiwi.  Saran saya, jangan takut untuk pulang!  Mari kita gandeng tangan untuk membangun bangsa ini dengan segenap kemampuan kita.

Tapi saya mau katakan, Indonesia is NOT US, europe, Australia, Singapore, New Zealand, dsb.   Indonesia adalah Indonesia yang harus dibantu bertumbuh dan berkembang.  Justru untuk itulah kita pulang, bukan?

Bagi teman-teman yang masih ada di LN tapi punya hati Indonesia Baru, kalian tidak perlu secara fisik ada di tempat ini, tapi teknologi memberi kesempatan kalian ikut gelombang ini.  Bantu kami yang ada di "medan pertempuran"  untuk membawa Indonesia ke musim yang baru.

Bagi teman-teman yang sudah ada di Indonesia cukup lama dan mulai kehilangan passion for this nation karena melihat realitas lapangan yang jauh dari ideal. Menjadi apatis dan tidak mau bergerak.  Semoga kemenangan Jokowi-JK ini mampu memanggil the "idle army" dan mulai bergerak bersama membangun Indonesia Baru menjadi Indonesia yang Benar.

Pendekar Solo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun