Lihat bagian penting argumen Kurawa sebagai berikut:
***
Terasa sekali kekecawaan seorang Kurawa yang adalah pegiat sosmed sejati dengan reaksi Kamil. Â Menarik adalah langsung membandingkan dengan Jokowi dan Basuki. Â Hal ini memperlihatkan bahwa sosial media adalah ruang publik yang sangat dinamis.
Membaca twit-twit spt  akun @kemalsept memang memerahkan telinga.  Tapi kita tidak bisa menututp mata bahwa serangan-serangan ini bukan hanya kepada Kamil tapi juga kepada Jokowi, dan Ahok.  Bahkan kalau kita mau fair, SBY lebih sering dibuli juga di sosmed.  Tetapi mengapa mereka terlihat lebih santai dan tidak begitu menghiraukan twit-twit busuk itu, sedang Kamil bereaksi keras?
Bisa dibenarkankah reaksi Kamil? Atau bisa dijustifikasikah komplain dari dari Kurawa? Â Dua sisi yang patut diperhatikan dan menjadi pemikiran bersama kedepan.
***
Sosial media di Indonesia benar-benar sudah menjadi bagian dari hidup bernegara. Bisa dikatakan Pilpres 2014 menjadi titik baliknya. Â Kampanye di sosmed, kawalpemerintah.org, sampai blogging-blogging yang luar biasa ramainya telah membuka mata kita semua bahwa dunia digital Indonesia sudah hadir, dan tidak lagi bisa dipisahkan dari dunia nyata.
Kamil bukan Jokowi, ataupun Ahok. Â Dia punya hak untuk melawan ketika dihina di dunia nyata maupun di sosial media. Â Suka atau tidak suka, itu adalah hak Kamil untuk melaporkan ke polisi. Â Tepat atau tidaknya tindakan Kamil itu adalah hak kita masyarakat luas menilai.
Etika di dunia maya maupun di dunia asli adalah dua hal yang sama dalam esensi, tapi beda dalam aplikasi. Â Apapaun alasanya #kemal ataupun #florence melakukan tindakan yang tercela dan mengganggu kenyamanan pribadi. Â Gampangnya, kenyamanan Kamil terganggu,
***