Mohon tunggu...
Hanny Setiawan
Hanny Setiawan Mohon Tunggu... Administrasi - Relawan Indonesia Baru

Twitter: @hannysetiawan Gerakan #hidupbenar, SMI (Sekolah Musik Indonesia) http://www.hannysetiawan.com Think Right. Speak Right. Act Right.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengapa KMP Memilih Pemimpin DPR Bermasalah?

3 Oktober 2014   06:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:33 7406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demokrasi adalah sistem terbuka.  Artinya bagus atau jeleknya output dari sistem ini sangat bergantung dengan pelakunya.  Dari konsep ini lahirlah Trias Politica yang intinya sederhana ada yang melakukan (eksekutif), ada yang membuat aturan (legislatif), dan ada yang memastikan hukum dipatuhi (yudikatif).

Dalam perkembangannya, ternyata konsep Trias Politica ini masih bisa dimainkan.  Sebagai contoh, di jaman Orba eksekutif menjadi diktator bahkan bisa memilih legislatif, dan yudikatif pada dasarnya hanya jadi anjing penjaga Suharto waktu itu. Contoh lain, seperti dimasa SBY 10 tahun terakhir rupa-rupanya "perselingkuhan" antara eksekutif dan legislatif bisa jauh lebih parah, karena mulai budgeting semua sudah bisa diatur.

Para pemikir yang percaya demokrasi melihat Demokrasi ala Trias Politica adalah sesuatu yang masih bisa dikembangkan menjadi apa yang disebut Demokrasi Partisipatif.  Definisi sederhana dari TermWiki adalah sebagai berikut:

demokrasi partisipatif adalah proses menekankan partisipasi luas dari konstituen dalam arah dan pengoperasian sistem politik. demokrasi perwakilan tradisional cenderung membatasi partisipasi warga untuk suara, meninggalkan pemerintahan yang sebenarnya kepada para politisi. (sumber)


Esensinya tetap sama kedaulatan di tangan rakyat, yang diperjuangkan adalah bagaimana tidak disalah gunakan para politisi/elit, dan bagaimana rakyat bisa berpartisipasi lebih luas bukan malah di persempit.  Dari sisi konsep inilah KMP sudah membawa kemunduran demokrasi bahkan di tilik dari kerasnya perubahan dari Orba ke Reformasi, demokrasi sudah dimatikan minimal di Senayan.

***

Tapi anehnya, KMP yang mencoba menjustifikasi konsep demokrasi perwakilan tradisional lebih baikdari demokrasi partisipatif, tidak menunjukkan hal tersebut di Senayan dalam proses pemilihan pimpinan DPR. Seharusnya apabila mereka bisa menunjukkan output dari paripurna tersebut dapat diterima rakyat, maka hal tersebut akan banyak meredakan bahkan bisa menimbulkan kepercayaan balik terhadap KMP.

Apa lacur, 5 orang yang diajukan sebagai pemimpin SEMUA ada catatan hitam dan buruk di masa lalu.  Bagi saya, hal ini menarik untuk di amati.  Mengapa mereka begitu konyol mengajukan orang bermasalah?  Pasti adalah cerita atau narasi yang bisa dikaji.

[caption id="attachment_326987" align="aligncenter" width="581" caption="Orang-Orang Terbaik KMP - Foto Asli : kompas.com"][/caption]

Dari Setyo Novanto yang penuh masalah sampai-sampai KPK bersuara, Agus Hermanto yang berbau KKN, Fadli dan Fahri (2F yang benar-benar menjadi 'public enemy' selama pilpres 2014), sampai Taufik Kurniawan yang biarpun tidak begitu terdengar ternyata juga banyak PR  dan trak record kurang menyenangkan (Sumber 1, 2, 3, 4)

Mengapa orang-orang ini yang diajukan KMP?  Bukankah mereka punya alternatif-alternatif nama baru yang bisa membuat mereka mengatakan, "ini lho kami memilih dengan benar, bukan asal".   Apakah Golkar, PKS, Gerindra, PAN, Demokrat, atau PPP tidak memiliki kader yang mumpuni? Inikah yang terbaik yang mereka punya?

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun