Jadi, tidak heran pasar modal dan rupiah melemah karena manuver-manuver politik di Parlemen (Yahoo mencatat 25 Milyar Dollar hengkang karena pertunjukkan live show Parlemen RI - baca). Â Berbeda dengan ketika Jokowi terpilih, eforia perubahan yang luar biasa membuat rakyat sumringah. Â Keadaan memang berkabut, tapi apakah seburuk itu?
Ada 3 hal (dan banyak hal lain) yang harus membuat kita optimis dengan posisi politik Jokowi vs Parlemen sepert ini.
1. Â KETERBUKAAN. Â Dengan manuver di parlemen, terutama UU Pilkada tak langsung, lahirlah wikiDPR.org yaitu volunteer-volunteer yang terus ikut mengawasai jalannya Parlemen. Â Orang-orang yang dulunya "tak dikenal" sekarang rakyat mulai mengenal dan menghafal wajah-wajah mereka.
Zulkifli Hasan setelah terpilih jadi ketua MPR, you tube dia dimarahi Henry Ford langsung beredar (lihat). Â Setyo Novanto track recordya langung muncul di semua media. Â Intinya, semua jadi terbuka. Â Semakin transparan, rumusnya akan semakin sulit bermain. Â Sekarang mata rakyat dan dunia melihat. Â Minimal ruang untuk main mata semakin kecil.
2. Â DEMARKASI. Garis pemisah antara eksekutif dan legislatif sangat jelas jadi rakyat bisa melihat mana domba mana kambing. Â Tidak usah menebak lagi. Rakyat bisa menilai program-program Jokowi yang baik akan di jegal Parlemen, atau usulan DPR yang baik akan di jegal Jokowi.
Semua akan jelas. Â Mana yang hitam mana yang putih. Â Selama masa reformasi 10 tahun,semua adalah abu-abu. Karena itulah wajah SBY, abu-abu. Â Tapi masa sekarang adalah masa pemisahan. Â Sejarah yang akan mencatat, siapa yang penjahat Parlemen atau Jokowi.
3. PEMBELAJARAN. Rakyat tidak akan lupa.  Minimal kita harus terus mengingatkan lewat tulisan dan juga cerita ke anak cucu kita.  Sehingga Indonesia akan menjadi lebih baik.  Pembelajran yang terpenting adalah Parlemen merupakan hasil PILEG, sementara Jokowi adalah Hasil PILPRES.
Biarpun sama-sama pemilihan langsung, hasilnyanya beda. Â Bukan lagi rahasia bahwa memilih Jokowi, belum tentu memilih PDI-P. Â Pileg memilih Gerindra, Pilpres memilih Jokowi juga tidak sedikit. Â Artinya apa? Â Artinya pemilihaan tak langsung TIDAK MEWAKILI aspirasi rakyat sejati, dan akan mengerdilkan demokrasi.
Karena rupa-rupanya ada dua aspirasi rakyat yang berbeda dan keduanya harus di akomodir untuk memperlihatkan kedewasaan rakyat dan terbukti menjadi sistem cek dan ricek yang natural. Â Bisa bayangkan kalau cuma ada Pileg yang langsung, dan Presiden di pilih parlemen. Â Sudah pasti, Jokowi tidak akan pernah muncul jadi presiden terpilih. Â Malapetaka demokrasi.
Sampai detik ini semua "sampah politik" masih terkotak di senayan. Â Dan itu bagus, akan lebih gampang untuk membersihkan sampah di satu tempat daripada berserakan dimana-mana. Â Sebuah musim yang baru sudah dimulai. Â Musim untuk hidup benar bukan sekedar hidup sukses dengan segala cara. It's not about winning, it's about doing the right thing.
Suka atau tidak suka semuanya karena munculnya Jokowi, yang kemudian berefek munculnya Ahok, dan akhirnya Anies Baswedan muncul, dan kita harus optimis bahwa akan terus bermunculan orang-orang baik yang akan meneruskan misi perubahan ini. Â Jangan takut, sudah terbukti, Tuhan memang sayang Indonesia.