Mohon tunggu...
Hanny Setiawan
Hanny Setiawan Mohon Tunggu... Administrasi - Relawan Indonesia Baru

Twitter: @hannysetiawan Gerakan #hidupbenar, SMI (Sekolah Musik Indonesia) http://www.hannysetiawan.com Think Right. Speak Right. Act Right.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kesepakatan Kepsek Membuktikan Adanya Mafia Pendidikan

31 Desember 2014   20:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:05 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sempat mengikuti FGD tim transisi bagian pendidikan non-formal dan informal, saya berani menyatakan (pernyataan pribadi) bahwa penolakan di level grass root (kepsek, red) itu sudah dipetakan.  Jadi pernyataan penulis bahwa Anies tidak menyangka itu salah.  Semua sudah jelas terpetakan.

Kepsek-kepsek yang menjadi titipan partai dan jauh dari kompeten bukan rahasia lagi.  Biarpun semuanya hanya "dugaan" dan "pemetaan", kondisi itu sudah di prediksi.  Jadi sekali lagi, tidak ada surprise.  Alias kata, memang birokrat-birokrat inilah "penjahatnya" (Ingat, dalam tanda kutip).

Justru perlawanan Kepsek dengan membuat kesepakatan-kesepakatan jahat inilah yang membongkar topeng-topeng busuk mereka, sehingga mempermudah membersihkan pendidikan Indonesia dari manusia-manusia yang hanya mementingkan diri sendiri.

Usulan saya untuk Anies adalah segera membuat mutasi besar-besaran kepsek dan diknas yang secara sistematis membuat "makar" demi kepentingan pribadi, kelompok, apalagi partai politik.

Jadi yang saya lihat, kebijakan yang dibilang blunder ini  justru dapat membuat "peta kejahatan" para birokrat pendidikan semakin terlihat.  Kebijakan itu sudah tepat secara konsep maupun praktis.  Secara konsep, apa yang ditawarkan K13 secara filosofis sudah sesuai arah pendidikan abad ke -21, jadi tidak perlu di hapus total.

Secara praktis, Anies secara lihat mampu melewati batas peraturan-peraturan hukum sebelum dia, sehingga tidak di recoki oleh kepentingan politis ketika harus membuat peraturan-peraturan tandingan.  Sekaligus, secara praktis waktu 7 tahun yang sesuai aturan hukum untuk mengimplementasikan "Filosofi K13" secara benar jauh lebih memungkinkan.  Sekali lagi, blundernya dimana?

Anies Tidak Mengerti Pekerjaan Guru?

Sejak awal, bahkan sejak di Indonesia Mengajar Anies adalah orang yang selalu mengatakan bahwa GURU lebih penting dari kurikulum.  Sebab  itu, menuduh Anies tidak mengerti pekerjaa Guru adalah absurd.  Justru seharusnyanya yang protes adalah para curriculum developer yang bermahzab kurikulum diatas guru.

Realitas keluhan guru akan tambah kerjaan, dan pekerjaan guru sudah banyak.  Bukan dikarenakan kebijakan itu sendiri, tapi karena MENTAL GURU-GURU (sekali lagi tidak semua guru jadi #jangansensi) yang memang sulit menerima perubahan-perubahan.

BUKAN RAHASIA LAGI! Guru-guru kita tidak lagi termasuk kalangan miskin.  Tapi sudah termasuk kelas menengah.  Dongeng Oemar Bakri jangan dinyanyikan lagi di Indonesia.  Yang harus dinyanyikan adalah BONGKAR.  Bongkar kemalasan guru-guru.  Bongkar mental korup di diknas-diknas.   Bongkar semua kebodohan yang sudah menjadi kebiasaan.

Jangan membenarkan kebiasaan, tapi biasakan kebenaran!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun