Untuk kebakaran hutan di Indonesia sendiri jika ditotal secara keseluruhan mencapai 900 Ribu hektar pada tahun 2019. Angka yang cukup besar bukan? Belum lagi banjir tahunan yang melanda beberapa wilayah di Indonesia terutama wilayah ibukota. Lantas kapan kiranya banjir tahunan akan bisa dihentikan?
Selain itu, anggapan bahwa perubahan iklim bersifat alamiah dan bukan salah manusia juga salah besar. Justru aktivitas-aktivitas ekonomi manusia yang membakar bahan bakar fosil (batu bara, minyak dan gas) membuat panas terhalang keluar dari bumi sehingga suhu permukaan bumi menjadi naik menjadi salah satu penyebab terjadinya krisis iklim, tak sedikit pula ulah manusia kapitalis yang merubah kawasan hijau menjadi kawasan ekonomi yang juga menyumbang perubahan iklim cukup besar.
Dan yang paling salah lagi adalah persepsi kita bahwa kenaikan suhu bumi sebesar 1 derajat Celcius merupakan hal yang normal dan tidak mengkhawatirkan.
Organisasi Metereorologi Dunia (WMO) mengatakan adanya peluang kenaikan suhu global mencapai lebih dari 1,5 derajat Celcius dalam lima tahun ke depan. Dampak yang akan muncul tentu tidak sedikit. Beberapa bagian dunia akan merasakan peningkatan suhu panas yang ekstrem, akan terjadi lebih banyak bencana badai, keracunan dan wilayah-wilayah pesisir yang perlahan akan tenggelam sebab gletser yang mengering.Â
Masih banyak sekali anggapan-anggapan lain yang jelas tidak tepat dan harus kita sadari secepat mungkin. Termasuk sangat keliru dan disayangkan jika persepsi peduli pada isu ekonomi dan kemiskinan menjadi lebih prioritas daripada krisis iklim.Â
Pada kenyataannya, perubahan iklim adalah satu elemen yang mencakup seluruh isu termasuk ekonomi dan kemiskinan. Contohnya, ketika banyak terjadi penggundulan hutan atau peralihan kawasan hijau menjadi kawasan ekonomi maka potensi banjir akan semakin tinggi.
Dan ketika curah hujan cukup tinggi lalu terjadi banjir maka yang akan terdampak paling besar adalah masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Masyarakat menengah ke atas mungkin masih bisa mengupayakan banyak fasilitas keselamatan saat terjadi banjir. Namun, bagaimana dengan masyarakat miskin? Tentu akan sangat sulit.  Kejadian-kejadian di atas harusnya bisa menyadarkan kita betapa mengancamnya krisis iklim saat ini.
Sudah saatnya kita peduli dan berkontribusi untuk mengurangi potensi perubahan iklim. Juga, semua negara saling bersinergi berkomitmen untuk terus mengurangi besaran emisi, mulai mengembangkan industri hijau, mendorong kebijakan berbasis energi terbarukan dan juga mendorong ekonomi yang menyejahterakan masyarakat dan lingkungan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H