Mohon tunggu...
Hanny Kelderak
Hanny Kelderak Mohon Tunggu... Dosen - Akademisi, IAIN Ambon

Hobi mengikuti perkembangan sosial media, saya senang berbicara dan aksi nyata, sosial, dan hukum

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Sumber Kontaminasi Spiritual

7 Maret 2023   21:25 Diperbarui: 7 Maret 2023   22:21 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Bukan hanya virus yang menyerang jasmani manusia yang berkembang dan membentuk versi baruan, seperti Corona virus, virus yang menyerang batin manusia atau kita sebut penyakit hati telah berkembang dalam versi terbaru,

Virus yang dinamakan kontaminasi spiritual, mulai menyebar dengan cepat ketika kepercayaan terhadap al wasilah mulai hilang.  mabuk dalam  hiruk pikuk, manusia mulai menunjukan eksistensinya, berjebaku dengan waktunya hanya untuk membangun kemudahan untuknya.

Sikap dan kecenderungan menghasilkan tembok dan kaki langit yang mega, mengagah ke langit dengan tatapan kosong. Akibatnya muncul sektarian manusia yang membuat hati sesama semakin menjau, saling curiga dan cenderung renggang pada yang lain. Perubahan itu baru terjadi namun pertumbuhannya cepat dan dampak yang dihasilkan mengakar seperti telah lama terjadi.

Orang tidak lagi menjejaki setapak dan lorong lorong yang menghubungkan dengan sosok yang tua, atau menempuh jalan panjang yang berliku untuk bertemu dengan guru. Sumber ilmu tidak lagi di ambil dari hati guru tulen dan murni. Hati seorang guru sumber pergerakan spiritual, sebagai mana besi yang terasah menjadi magnet ia akan menarik hati yang lain.

Lingkungan yang korosif karna menganggap diri independen menjadi sumber virus. Pandemik yang mendorong manusia untuk menghindari sosok, atau terhijap untuk berjumpah dengan pemilik ilmu. Pandangan anak zaman termobilisasi hanya pada tampilan luar, hati mereka berteman dengan jumlah,angka dan bentuk-bentuk ibadah, mereka terjatu secara berjamaa pada tampilan topeng yang memabukan dan menipu.spiritual adalah perjalanan yang telah dilalui oleh mereka yang telah menyaksikan kebenaran, tidak seperti mengadu koin kebenaran dan kepalsuan dengan mata tertutup.

Sebagai mikrokosmos yang tercemar, berdampak pada bumi. Bumi seakan memaksakan diri atau telah ditakdirkan mengikuti  sikap ankuh dan ambisius manusia. Keinginan untuk membuktikan merangkul tangan dan memandang wajah Tuhannya,berupaya merobek langit, dan mengetahui ada apa balik langit yang megah ini, ketika manusia tidak menemukan apa2 terjadi turbulensi, mencipktaan shock innocence atau kejutan terhadap kesadaran diri, Pakai yang ada tidak perlu mencari.

Hati  yang menukil kebenaran pada akal, dan berhujjah pada rasa mereka sendiri. Hati dan akal mereka tidak pernah diikat dan dilatih oleh pemilik kebenaran, tidak akan pernah membuka kotak kadoh yang berisi hikmah. Bahkan jika mereka berkumpul menggali dan menemukan kebenaran itu, mereka tidak akan mencapa derajat Al hikmah. Apalagi berdasarkan kehendak sendiri.

Mereka tidak melalui Fluktuasi  iman , bahkan menolaknya, sejak kecil mereka dipaksakan meloncat dari tahap kepolosan menjalankan  bentuk dan angka angka ibadah, membentuk sikap ekstrim pada mereka yang berbeda. Seakan akan telah merangkul tangan dan memandang wajah Tuhan, sehingga memandang renda dan kotor yang lainnya. Mungkin jubah dan sorban yang dipakai sejak kecil mensucikan mereka dari posisi hambah tempat aib dan niat bersemayam ..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun