Mohon tunggu...
Hanny Yunita
Hanny Yunita Mohon Tunggu... -

I'm who i'm that something you could never be. Saint Mary 1 Senior Hihg School Cirebon'11 Coummunication Swcu'14

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cantik Itu Bukan Berkulit Putih

21 September 2015   08:52 Diperbarui: 21 September 2015   09:00 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cantik Itu Bukan Berkulit Putih, Berpostur Tubuh Tinggi, Langsing Seperti di Media!

 

[caption caption="Dok.Pribadi 2015"][/caption]Seiring perkembangan jaman, media terus mengalami perubahan. Masyarakat yang awalnya hanya memperoleh informasi melalui tatap muka, masyarakat  yang dinamis menyebabkan mereka menciptakan sesuatu yang beru, kemudian berkembang menjadi media cetak hingga elektronik yang kita kenal saat ini. New media atau yang disebut sebagai media baru (internet), memberikan anggapan kepada masyarakat mengenai apa itu cantik? Seperti apa wanita cantik itu? bahkan beberapa iklan di televisi, cover majalah remaja, tabloid banyak menampilkan wanita dengan sedemikian rupa yang masyarakat anggap cantik.

Dalam teori determinisme media dan ekologi media oleh McLuhan, menjelaskan bahwa seiring berjalannya waktu, media dan teknologi ialah alat yang dapat membentuk dan mepengaruhi pola pikir, perilaku, dan gaya hidup masyarakat (Nurudin, 2014:174). Perkembangan media yang ada dapat mempengruhi budaya masyarakat. Dalam konteks cantik, masyarakat jama dahulu mungkin hanya menganggap cantik itu natural, tanpa make up, berpakaian rapi seadanya, mereka yang dapat merawat anak-anaknya dengan baik dan sebagainya. Tapi seiring perkembangan jaman (jaman modern) cantik yang media tawarkan/ yang banyak ditemui di media yaitu berkulit putih, memiliki postur tubuh tinggi, langsing, berpakaian modis dan sebagainya.

[caption caption="https://www.selasar.com/files/Maret_2015/Telinga_panjang_Suku_Dayak.jpg"]

[/caption]Seperti dikutip dari Psychology Today, interpretasi cantik itu selalu berubah-ubah dari masa ke masa. Apa yang dianggap cantik erat kaitannya dengan budaya/kultur, perilaku sosial, dan tren yang berkembang di masyarakat. Namun, sebuah penelitian yang dilansir oleh laman harian The Guardian menunjukkan, para ilmuwan modern menganggap mereka yang memiliki bentuk wajah simetris dianggap lebih menarik dibandingkan bentuk wajah lainnya.[1] Interpretasi wanita cantik memang tidak selalu putih, tinggi langsing, tetapi berdasarkan budaya apa yang di anut dalam masyarakat tesebut, seperti yang dikatakan dalam Tribun News Palembang. Masyarakat suku dayak, menganggap wanita cantik itu yang memiliki telinga panjang dengan anting-anting yang panjang dan berat menggantung hingga pundak bahkan hingga pinggang yang menyebabkan telinga mereka mbeleber atau lebar. Menurut Suku Dayak, wanita tersebut cantik, semakin panjang telinga mereka maka kecantikannya semakin sempurna.

[caption caption="http://cdn.tmpo.co/data/2013/07/16/id_202302/202302_620.jpg "]

[/caption]Di Afrika bagian barat, Mauritania. Interpretasi wanita cantik yaitu mereka yang memiliki badan gemuk. Tak heran mereka yang masih perawan tidak menjaga pola makan dan berat badan mereka, bahkan mereka yang sudah menikahpun, sang suami selalu memberikan istrinya makanan yang banyak setiap harinya. Lain halnya dengan Indonesia, begitu banyak wanita yang menjaga pola makan, bahkan rela diet untuk menurunkan berat badannya, mengindari sinar matahari dengan sunblockdan sebagainya, tidak sedikit juga produk-produk pelangsing tubuh, pemutih kulit di perjual belikan di berbagai sosial media seperti facebook, instagram, twitter dll, juga  banyak produk kecantikan yang menggunakan model wanita dengan menampilkan lekuk tubuh yang indah dan menawan. Yang padahal cantik tidak selalu di identikkan seperti yang media tawarkan.

Cantik memang relatif karena cantik berhubungan dengan hal yang kasat mata/fisik. Setiap orang memiliki definisi cantik yang berbeda-beda, dan pada dasarnya kata ‘cantik’ sulit untuk di definisikan, tetapi media mengemas cantik dan mendoktrin masyarakat bahwa cantik itu putih, tinggi, langsing, bibir tipis, berambut hitam lurus, wajah tirus dan sebagainya yang padahal sebenarnya definisi cantik ialah berdasarkan budaya apa yang tumbuh dalam suatu kelompok masyarakat tersebut. Sama halnya ketika penulis berkata bahwa cantik itu, mereka yang memiliki telinga panjang, karena penulis melihat cantik tersebut berdasarkan budaya suku dayak dan sebagainya. Setiap orang dapat berkata cantik itu seperti ini, seperti itu, asalkan berlandaskan teori/ kebudayaan yang ada di dalam suatu masyarakat.

[1] http://palembang.tribunnews.com/2014/03/24/hasil-penelitian-sebut-wanita-cantik-cenderung-egois diakses pada 20/09/2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun