Cantik Itu Bukan Berkulit Putih, Berpostur Tubuh Tinggi, Langsing Seperti di Media!
Â
[caption caption="Dok.Pribadi 2015"][/caption]Seiring perkembangan jaman, media terus mengalami perubahan. Masyarakat yang awalnya hanya memperoleh informasi melalui tatap muka, masyarakat  yang dinamis menyebabkan mereka menciptakan sesuatu yang beru, kemudian berkembang menjadi media cetak hingga elektronik yang kita kenal saat ini. New media atau yang disebut sebagai media baru (internet), memberikan anggapan kepada masyarakat mengenai apa itu cantik? Seperti apa wanita cantik itu? bahkan beberapa iklan di televisi, cover majalah remaja, tabloid banyak menampilkan wanita dengan sedemikian rupa yang masyarakat anggap cantik.
Dalam teori determinisme media dan ekologi media oleh McLuhan, menjelaskan bahwa seiring berjalannya waktu, media dan teknologi ialah alat yang dapat membentuk dan mepengaruhi pola pikir, perilaku, dan gaya hidup masyarakat (Nurudin, 2014:174). Perkembangan media yang ada dapat mempengruhi budaya masyarakat. Dalam konteks cantik, masyarakat jama dahulu mungkin hanya menganggap cantik itu natural, tanpa make up, berpakaian rapi seadanya, mereka yang dapat merawat anak-anaknya dengan baik dan sebagainya. Tapi seiring perkembangan jaman (jaman modern) cantik yang media tawarkan/ yang banyak ditemui di media yaitu berkulit putih, memiliki postur tubuh tinggi, langsing, berpakaian modis dan sebagainya.
[caption caption="https://www.selasar.com/files/Maret_2015/Telinga_panjang_Suku_Dayak.jpg"]
[caption caption="http://cdn.tmpo.co/data/2013/07/16/id_202302/202302_620.jpg "]
Cantik memang relatif karena cantik berhubungan dengan hal yang kasat mata/fisik. Setiap orang memiliki definisi cantik yang berbeda-beda, dan pada dasarnya kata ‘cantik’ sulit untuk di definisikan, tetapi media mengemas cantik dan mendoktrin masyarakat bahwa cantik itu putih, tinggi, langsing, bibir tipis, berambut hitam lurus, wajah tirus dan sebagainya yang padahal sebenarnya definisi cantik ialah berdasarkan budaya apa yang tumbuh dalam suatu kelompok masyarakat tersebut. Sama halnya ketika penulis berkata bahwa cantik itu, mereka yang memiliki telinga panjang, karena penulis melihat cantik tersebut berdasarkan budaya suku dayak dan sebagainya. Setiap orang dapat berkata cantik itu seperti ini, seperti itu, asalkan berlandaskan teori/ kebudayaan yang ada di dalam suatu masyarakat.
[1] http://palembang.tribunnews.com/2014/03/24/hasil-penelitian-sebut-wanita-cantik-cenderung-egois diakses pada 20/09/2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H