Mohon tunggu...
Hony Lov3ly
Hony Lov3ly Mohon Tunggu... -

my name's hannie born in sukabumi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Misteri Gamelan Pantai Ratu #2

11 Maret 2015   21:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:47 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

**
Debur kembali menerjang, pesisir pantai yang terlihat remang, aku masih mematung dalam pandangan nanar, ada keanehan yang terlihat begitu luarbiasa, dimana lautan seperti keramaian, lalu lalang orang-orang, terlihat begitu nyata..

Namun ada sesuatu yang ganjil dalam pandanganku, orang-orang itu terlihat sangat tinggi dan hitam-hitam, selayak bayangan yang terpantul..

Nyatakah ini, atau hanya halusinasi saja?
pemikiranku bertanya-tanya, namun tak cukup untuk logika aku mencerna..

Jelmaan-jelmaan itu semakin nyata terlihat, ah..merinding rasanya, tubuhku pun sedikit menggigil..
*
Lonceng malam berdentang, menggugah lamunanku, sedikit tersentak tubuhku terhentak, kurekatkan dekapan jemari memeluk selimut, dan kulihat jam menunjukan pukul 01:15 dinihari..

Hening semakin membungkam tatkala malam kian merayap melewati dinihari, desauan angin pun jelas terdengar lirih merintih..

Jauh kutelusupkan benakku, pada peristiwa-peristiwa silam
yang telah lalu karam, pada pemikiran lampau, ya! ingatan itu kini kembali membumbung tinggi, jauh mengudara melambung, hingga nafasku terpasung..

Kala hantaran ingatan meniupkan desir mengalun, di sepi kelam yang bersenandung, desah menahun, tentang sebuah misteri yang berkurun.
**
Kakiku semakin gemetar, tubuhku pun terasa lemas, sehingga pijakanku lunglai,
sesaat lengan-lengan menyangga, sebelum tubuhku terkulai..

Kelam, tak ada warna, disana hanyalah hitam, ya! tiada apa pun terlihat..

Sayup-sayup terdengar alunan tabuhan dikejauhan, entah darimana datangnya bunyi itu, semakin jelas dan mendekat..

Nyata, seakan menghampiri, kini ditelingaku bergaung, suara gamelan kidung, memenuhi gendang telinga ini..

Ya! seperti pernah mendengarnya, gamelan itu..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun