Mohon tunggu...
Hony Lov3ly
Hony Lov3ly Mohon Tunggu... -

my name's hannie born in sukabumi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Wajah Dibalik Kabut dalam Hujan

13 Maret 2015   04:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:44 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sore semakin berujung, langit senja yang jingga kini mulai perlahan beranjak petang, ahh.. senja itu telah terlewati...
Aku segera beranjak meninggalkan pantai itu.

*
Pagi ini hujan turun begitu deras, seperti tercurah begitu saja dari langit, yang menangis pilu.
Hentakan guntur menggelegar, menambah sendunya pagi ini, awan awan pun menggulung terlihat begitu hitam dan tebal, kilatan cahaya petir menyambar nyambar, di atas langit gelap.

Begitu dingin pagi ini, aku kembali menelusupkan tubuhku ke dalam selimut, enggan untuk beranjak bangun.

Seharian hujan tak henti, sore pun menyambut dalam kebekuan, mengacaukan pikiran ku, teringat semuanya tentang hujan, ah.. bagaimana ku melupakannya?
Jika hari selalu mengingatkan ku, dalam hujan.

Hujan seakan tak mau berhenti, betah memagari naungan langit, dan membasuhi bumi.
Aku berjalan ke samping jendela kamar, sesaat ku lihat airmata langit menetes jatuh di balik jendela kamar, ada dingin yang menelusup hatiku, begitu beku, ada kosong yang menyapa jiwa begitu hampa.
**
Petang itu dia datang di balik kabut dalam hujan, memanggilku dalam derasnya guguran permata, samar samar terdengar suaranya begitu kaku,

Aku terkejut mendengar panggilan nya, segera ku seret kaki ku, melangkah ke depan teras rumahku,
Kamu, berdiri di balik hujan dalam kabut, membiarkan seluruh tubuhmu basah kuyup, dengan tatapan kosong mu, wajah pasi, kau memandang ku, dalam pandangan kabur.

"Santo..,?
Perlahan bibirku memanggilnya, dengan tubuh ku yang sedikit menggigil, dingin begitu wajahmu dalam pandangan ku.

Kau seperti tak mendengar panggilan ku, dan hanya tetap berdiri mematung, tak bergeming sedikit pun, dengan tatapan kosong,

Betapa anehnya dia, sampai aku seperti tak mengenali nya, wajah yang dingin, seperti beku di antara hujan itu, mata kosong seperti hampa, tak ada kehidupan di sana.

"Santo..!!?".., kembali ku panggil nama mu, dengan nada sedikit agak kencang, agar hujan tak menyalip panggilan ku, namun tetap saja ia tak bergerak, sedikit pun dari tempat nya berdiri, matanya tak berkedip memandangku dalam balutan bulir bulir berjatuhan, bibir nya seakan rapat terkunci, dia tak membalas panggilan ku.
*
Bunyi guntur menggelegar, membuyarkan lamunanku, "oh.., astagfirullah..".
Aku mengusap wajah ku, begitu sadar, lamunanku menghanyutkan ku, aku segera beranjak.
*
Hari kedua di pantai ini, aku tak bisa kemana" karena cuaca yang tak mendukung, aku seperti terkurung layak nya terpenjara dalam kamar penginapan ku, "hmm, bagaimana ini, aku tak bisa menikmati alam pantai senja kuta,(?)".
Padahal aku kesini hanya untuk mengabadikan saga kuta yang begitu indah, tapi dua hari ini aku hanya terkurung disini,
"ah.., sudahlah mungkin besok hari cuaca akan berubah, pikirku.
*
Batu batu karang terlihat begitu eksotis di sepanjang tebing pantai, nun jauh di bawah telihat gulungan ombak yang saling bergumul, aku berdiri di atas tebing karang yang menjulang, "woah.., begitu indah alam ini,"yang memanjakan mata ku dalam pandang kilauan buih.

Tanah lot, di sinilah aku berdiri, dalam tebing karang yang julang, ku menyaksikan indahnya panorama lautan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun