Baliho menggunakan gambar tokoh populer (presiden) untuk menciptakan efek bandwagon (ikut arus), di mana pemilih merasa bahwa mendukung kandidat adalah bagian dari gerakan yang lebih besar. Hal ini memperkuat citra bahwa kandidat adalah bagian dari kesinambungan pemerintahan nasional. Kehadiran foto tokoh nasional adalah bentuk propaganda testimonial, di mana citra dan popularitas tokoh tersebut diharapkan berpindah ke kandidat. Propaganda ini juga memanfaatkan teknik transfer, mengalihkan nilai-nilai positif (seperti kerja keras dan keberhasilan) dari tokoh nasional ke kandidat lokal.
Hubungan Kedua Baliho dengan Teori Komunikasi Integrasi Informasi (IIT)
Teori Integrasi Informasi (Information Integration Theory) menjelaskan bagaimana individu memproses dan menggabungkan informasi dari berbagai sumber untuk membentuk sikap atau keputusan.
1. Integrasi Informasi Lokal dan Nasional
  - Baliho 1: Menggunakan pendekatan lokal dengan humor budaya ("Brengose") yang relevan dengan audiens Magelang, menguatkan local identification.
  - Baliho 2:Mengintegrasikan konteks nasional melalui referensi presiden, memberikan bobot kredibilitas tambahan untuk audiens Yogyakarta.
2. Bobot dan Valensi Informasi
  - Informasi di Baliho 1 (kata humor dan nilai moral "SATRIA") memberikan kesan positif pada audiens dengan penekanan budaya lokal. Informasi di Baliho 2 (figur nasional) memberikan valensi positif dengan fokus pada kesinambungan dan aksi nyata.
3. Efek pada Sikap dan Perilaku Pemilih
  - Pemilih Magelang cenderung terpengaruh oleh kedekatan budaya dan kesan lucu yang membangun kedekatan emosional. Pemilih Jogja lebih mungkin dipengaruhi oleh kredibilitas eksternal (afiliasi dengan tokoh nasional) dan kejelasan visi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H