Mohon tunggu...
Hanna Tiosenia
Hanna Tiosenia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang Mahasiswa Ilmu Komunikasi yang suka dan sedang belajar menulis dengan baik :D

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Main Hakim Sendiri: Kepedulian yang Anarkis

12 Juni 2024   14:27 Diperbarui: 12 Juni 2024   22:53 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Media saat ini sedang diramaikan dengan pemberitaan mengenai aksi pembakaran mobil dan pengeroyokan yang terjadi di Sukolilo, Pati, Jawa Tengah. Dalam laporan CNN Indonesia (2024), Tindakan anarkis yang terjadi pada kamis (6/6) lalu ini menimpa 4 orang korban hingga menyebabkan salah-satu dari keempatnya merenggut nyawa tak terselamatkan.

Diketahui 4 orang tersebut menjadi korban dari tindakan main hakim sendiri yang dilakukan oleh sejumlah warga. Massa tersebut menyimpulkan  korban melakukan aksi pencurian mobil, yang padahal nyatanya mereka sedang berupaya mengambil mobil rentalnya yang dibawa kabur hingga ke wilayah Pati. Sangat nahas peristiwa tersebut berakhir dengan tragis akibat sejumlah warga yang menuduh dan menghabisi mereka dengan berapi-api tanpa meminta penjelasan terlebih dahulu.

Kepedulian Terhadap Sesama

Tindakan anarkis seperti ini diawali dengan landasan nilai-nilai dan rasa kepedulian terhadap sesama yang sudah sejak dahulu memang dipertahankan oleh masyarakat. Rasa peduli manusia saat orang lain sedang tertimpa musibah atau bencana umumnya hadir dari dorongan naluri. Kepedulian ini merupakan cara dalam menunjukkan empati dan simpati seseorang kepada korban yang terdampak. Kepedulian terhadap sesama menjadi sebuah wujud untuk memperlihatkan rasa kemanusiaan yang mendalam.

Namun, rasa kemanusiaan dan kepedulian terhadap sesama terkadang menjadi anjlok tak terkontrol hingga rasa kemanusiaan ini kepada manusia lainnya sudah tidak lagi tersisa. Hal ini tentu mengakibatkan saat masyarakat dihadapkan dengan situasi seperti yang terjadi di Pati, tindakan main hakim sendiri menjadi tindakan yang dinilai atau dianggap benar untuk dilakukan pada saat itu juga tanpa perlu mengetahui kebenaran yang sesungguhnya terlebih dahulu.

Abuse of Power

Jumlah massa yang banyak saat terjadinya peristiwa menyebabkan masyarakat dapat dengan berani melakukan tindakan anarkis satu ini. Dikutip dari Universitas Indonesia (2023), Dosen Fakultas Psikologi UI, Agnes Nauli Shirley W. Sianipar mengungkapkan kasus main hakim sendiri berhubungan dengan dua fenomena psikologis yang salah-satunya adalah abuse of power.

Abuse of power adalah saat manusia berada dalam sebuah kelompok, maka dirinya akan merasa kuat dan berkuasa. Kekuasaan berkaitan erat dengan faktor emosional dominasi. Rasa emosional ini menyebabkan ketika amarah muncul, secara alamiah akan menunjukkan dominasinya kepada suatu hal yang menimbulkan rasa amarah tersebut. Rasa amarah yang telah menggebu-gebu pada akhirnya dapat berujung pada dilakukannya tindakan-tindakan nekat seperti main hakim sendiri.

Memanusiakan Manusia itu Penting

Berempati dan bersimpati kepada sesama memang sudah secara alamiah hadir ketika melihat orang lain sedang dilanda musibah. Selain itu, hal ini menjadi cara dan bentuk dalam menunjukkan rasa kemanusiaan dan solidaritas terhadap sesama manusia. Namun, akibat emosi yang sudah tidak terkontrol, sering kali rasa ingin menolong sesama ini membuat masyarakat lupa untuk memanusiakan manusia lainnya.

Maka dari itu, perlu regulasi yang lebih tegas dan jelas, serta gerakan untuk mengedukasi masyarakat mengenai bahaya dari tindakan anarkis ini. Pemerintah harus memberikan edukasi yang rutin kepada masyarakat mengenai bahaya dari aksi penghakiman secara sepihak tanpa adanya pihak yang berwenang. Misal melakukan sosialisasi dari tempat ke tempat, memberikan edukasi melalui pendekatan di media sosial, dan sebagainya. Tindakan ini perlu dilakukan sebagai upaya pencegahan peristiwa serupa terjadi di masa yang akan datang, sehingga tindakan anarkis ini tidak terus terpelihara.

Tindak Kekerasan Apapun Tak Dapat Dianggap Benar

Peduli terhadap sesama memanglah penting. Namun, memanusiakan manusia lain juga tak kalah pentingnya. Selalu ingat jika rasa kepedulian kita terhadap sesama tak harus selalu diawali dan diakhiri dengan kekerasan yang anarkis. Pada dasarnya tindak kekerasan apapun tak dapat dianggap benar, sekalipun hal tersebut beralasan sebagai bentuk dari kepedulian terhadap sesama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun