Mohon tunggu...
Hanna Aprelia Elfrida Saragih
Hanna Aprelia Elfrida Saragih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Jurnalistik Politeknik Negeri Jakarta (Poltek UI)

Mahasiswa Jurnalistik yang memiliki minat dalam dunia writing dan mampu dalam menulis sebuat tulisan dengan baik.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menembus Kegelapan & Ketakutan Akan Masa Depan

18 Juli 2023   00:05 Diperbarui: 18 Juli 2023   01:11 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Di balik setiap pilihan yang dihadapkan padaku, selalu muncul pertanyaan, "apakah aku bisa? Apa efeknya terhadap masa depanku? Apa yang akan aku lakukan setelah memilih pilihan ini?"

Mereka mengatakan usia 20 adalah usia dewasa. Tidak mungkin lagi bergantung pada orang tua. Dia bukan lagi remaja yang masih punya waktu untuk bercanda dan bermain. Usia itu harus melihat ke masa depan.

Terlalu kontradiktif memang mengakui bahwa usia saya sudah menginjak angka dewasa tapi merasa mental dan sifat saya masih kekanak-kanakan. 

Berada di masa transisi ini membuat saya banyak berpikir dan sharing dengan banyak orang tentang kegelisahan akan masa depan. Mencari pembenaran hidup dengan berpikir apa yang saya lakukan selama ini benar atau salah untuk diri sendiri atau orang lain di sekitar. Mulai merasa berbeda dalam berbagai aspek kehidupan dari sebelumnya membuat sadar bahwa saya sudah memasuki fase dewasa muda.

Di usia fase dewasa ini rentan sekali aku sangat mudah overthinking. Hal yang mungkin dikerjakan dengan sederhana akan diproses secara kompleks di dalam benakku. Bila aku dituntut berjalan lurus ke depan, aku bisa memikirkan skenario yang mungkin terjadi ketika aku akhirnya memutuskan untuk benar-benar melangkah ke depan.

Kalimat yang sering mampir di telinga ku setelah sharing dengan banyak orang adalah semakin dewasa seseorang akan banyak pula masalah yang menghampiri. Menuntut diri untuk bisa menyelesaikan masalah sendiri.

Diusia yang 20 ini kita tidak memiliki banyak waktu lagi, dengan begitu banyak hal yang harus kita ketahui, seperti jati diri, keinginan, tujuan hidup kita ke depannya. Karena sebelum menjadi dewasa di fase muda itu kita telah mendapat tanggung jawab yang diberi oleh orang-orang yang kita sayangi seperti "buat kami bangga ya nak, angkat derajat kita" dan masih banyak lagi alasan dari kita kenapa masih bertahan disulitnya menjadi dewasa ini.

Banyak dari kita pada akhirnya berhenti berkembang karena pikiran kita yang sudahi terpenuhi oleh asumsi-asumsi. Takut bahwa nanti pasti akan gagal, berasumsi bahwa nanti tidak mungkin terjadi apa-apa. 

Pada fase ini idealisme kita semakin berkurang. Kadang merasa ingin keluar atau malah menetap di zona nyaman. Kegelisahan mulai muncul hingga akhirnya kata hati yang berbicara. Mau dibawa kemana dan jadi seperti apa hidup ini? Akhirnya berkata "Ah, sudahlah pikirkan nanti saja." 

Rangkaian rencana yang dulu sudah dibuat akhirnya mulai dipertimbangkan. Mulai harus tegas memilih jalan hidup,tapi justru malah kebingungan yang muncul. Kegelisahan yang paling klimaks pada fase ini adalah ketika kita berbicara tentang masa depan. Banyak dari kita diusia fase muda ini jika ditanyakan rata-rata masih bingung tentang tujuan hidupnya.

Melangkah Setahap Demi Setahap

Dalam rangka mencari atas ketakutanku, aku berusaha bangkit mencari cara mengatasinya. Tentu dalam rangka mencari jawaban, aku membaca, menonton video edukasi, merenung. Seringkali malah berbicara sendiri agar menemukan jawaban dan berkomunikasi setiap saat kepada Tuhan. Salah satu buku yang aku baca mengatasi ketakutan ku "Filososfi Teras". Apa pun itu aku lakukan untuk mencari jawaban atas kecemasanku.

Setelah berbagai kecemasan, ketakutan, dan pencarian jawabanku, aku sadar bahwa masa depan pasti akan datang dan kita tidak bisa menghindari masa depan. Akan tiba masanya aku, atau kalian semua juga, untuk menghadapi segala kerumitan dunia. Tidak ada gunanya menakutkan apa yang kita tidak bisa cegah datangnya.

Aku belajar untuk berdamai dengan ketidakpastian dan menerima bahwa hidup adalah tentang proses, bukan hasil akhir. Melalui mata orang pertama, aku menyaksikan bagaimana setiap langkah kecil yang kuambil membentuk siapa aku sekarang. Aku menyadari bahwa mungkin aku akan salah mengambil keputusan atau menghadapi kegagalan, tetapi itulah bagian dari tumbuh dan belajar.

Dan aku juga belajar untuk mengendalikan ekspektasi dan menetapkan prioritas yang lebih jelas. Melalui pandangan mata orang pertama, aku menyaksikan betapa pentingnya fokus pada apa yang benar-benar penting dalam hidupku. Aku menyadari bahwa aku tidak bisa memuaskan semua orang, dan aku perlu memilih jalanku sendiri.

Berbicara masa depan dan kegelisahannya memang tidak akan pernah ada ujungnya. Sekarang saya sadar bahwa apa yang kita lakukan hari ini akan berdampak pada masa depan seseorang. Buat apa dipikirkan? Toh, jalan hidup, pengalaman hidup seseorang akan berbeda karena sudah digariskan dan tetap menjadi rahasia dari yang kuasa. Dosen psikologi saya pernah berkata "Nikmati saja prosesnya, proses yang akan mendewasakan kita. Karena menderita itu kewajiban manusia untuk menuju kebahagian."

Masa depan akan datang cepat atau lambat. Bahkan, 1 detik setelah kita/aku/Anda melakukan apa yang kita lakukan sekarang adalah masa depan. Sekarang yang sekarang hanya berlangsung 1 detik. 1 tahun, 5 tahun, 10 tahun yang akan datang mungkin terdengar sangat jauh. Beban yang mungkin akan kita pikul juga luar biasa besar.

Suatu hal yang tidak kita sadari adalah memulai perubahan besar di masa depan bisa dimulai dengan mengambil langkah-langkah kecil yang berujung pada langkah yang besar. Kadang, orang bukan takut karena ia yakin ia tidak akan mampu menjalani apa yang akan dia jalani, tapi orang takut karena tidak tahu hal macam apa yang akan mereka jalankan di masa depan, tidak tahu harus bagaimana menghadapi masa-masa dewasa.

Namun, tentu saja semua langkah kecil itu tidak mungkin terwujud apabila kita tidak memiliki keberanian atau bahkan kemauan untuk mengambil langkah itu. Hidup kita tidak akan mengarah ke mana-mana apabila kita hanya berdiam dan takut terhadap masa depan. 

Satu-satunya cara menghadapi masa depan adalah terus berjalan maju, sekecil apapun itu langkah kita. Dan dosen penulisan opini saya juga pernah berkata "bakat bukan karna kepintaran tetapi bakat itu ketekunan seseorang dalam memulai dan menjalankan." 

Disisi lain, saya bersyukur bisa menulis tulisan ini dari pengalaman sendiri akan takutnya dengan masa depan, semoga tulisan ini membuat kita berhenti mencari atas ketakutan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun