Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Ferry Juliantono menilai pemerintahan Presiden Joko Widodo sudah menghalalkan berbagai cara untuk menekan lawan politiknya. Dasar perkataan Ferry ini dari hilangnya foto pertemuan antara Rizieq Shihab, Prabowo Subianto dan Amien Rais di Mekkah, Arab Saudi dari akun instagram @amienraisofficial.
"Penggunaan cara-cara seperti itu makin memperlihatkan kalau penguasa ini sudah menghalalkan semua cara."
Ali Mochtar Ngabalin akhirnya pun menegaskan bahwa pemerintah tak punya waktu mengurus hal itu.
"Menyangkut tuduhan Amien Rais jangan gede rasa, jangan GR deh! Pemerintah dan menteri kita itu punya banyak kerjaan dan emang nggak ada kerjaan dia mau ngurus-ngurus yang begitu," kata Ngabalin
Ngabalin mengingatkan pihak yang menuding-nuding pemerintah agar menahan diri. Jangan sampai karena fitnah jadi menodai kesucian Ramadan.
"Sudah deh jangan gede rasa. Ini bulan Ramadan, jadi jangan banyak menyebar fitnah, jangan berprasangka buruk, normal-normal saja hidup itu, coba dicek apakah bisa fotonya ter-upload atau tidak. Masak iya pemerintah ngurusin foto di IG? Jangan gede rasa, jangan menyebar fitnah," tegasnya."Menkominfo Rudiantara itu sibuknya minta ampun, boro-boro dia duduk ngurusin yang begitu. Jangan gede rasa, jangan GR deh!" ucap Ngabalin.
Sejak kapan sih ada foto yang di-takedown oleh Instagram kemudian disangkutpautkan sebagai kerjaan sebuah rezim apalagi sampai dihubungkan dengan elektabilitas politik segala. Mereka bilang rezim Jokowi ingin menghambat arus informasi mengenai pertemuan Rizieq-Prabowo-Amien di Mekkah. Lha memangnya sumber informasi itu cuma Instagram saja? Di media mainstream beritanya terus mengalir, tidak ada yang diturunkan. Di media sosial pun begitu yang mengetweet juga banyak, kedua kubu sama-sama membahas dan beropini, tak ada yang ditutup-tutupi.
Framing yang dibuat Gerindra ini nggak masuk akal. Siapapun bisa me-report sebuah unggahan di Instagram. Pihak mereka sendiri yang men-setting agar kemudian bisa playing victims seperti sekarang ini pun sangat mudah terjadi. Jokowi itu nggak bisa mengontrol apa yang ada di Instagram. Kalau dia bisa mengontrol, saya yakin konten-konten radikal atau terorisme sudah akan dibuang duluan daripada sekedar fotonya Amien Rais.
Mungkin Ferry berpikir kalau warga masyarakat ini buta dengan cara kerja Instagram. Sangat susah sebuah unggahan itu diturunkan kecuali adanya laporan masif. Dan ini harus dilakukan kolektif. Jadi siapapun bisa jadi pelakunya. Instagram dan Facebook itu pengelolaannya sama. Dan Anda tahu kan betapa tidak sanggupnya Zuckerberg menghalau konten-konten radikalisme dan terorisme di aplikasi miliknya? Ya kira-kira itu juga yang terjadi di Instagram. Jadi bukan selalu lawan yang akan membuat tumbang, bisa jadi kawan-kawannya sendiri untuk sebuah tujuan bernama sok-sokan jadi korban.
Dan yang pernah mengalami postingannya hilang itu nggak Pak Amien saja. Mulai akun individu biasa, artis, sampai akun gosip pernah mengalaminya. Kadang pun kasusnya juga random. Ada postingan yang dilaporkan karena dianggap melanggar ternyata aman-aman saja, ada yang dengan gampangnya hilang. Entah apa pertimbangan Instagram. Sama dengan Facebook
Mumpung lagi trend juga siapa tahu bisa menjaring pemilih muda dan sekalian menghilangkan stress. Tapi jangan lupa hafalkan liriknya dulu ya Pak biar gerak bibirnya nanti sesuai sama lagunya.
Emang lagi manja
Lagi pengen dimanja
Pengen berduaan dengan dirimu saja
Emang lagi syantik
Tapi bukan sok syantik
Syantik syantik gini hanya untuk dirimu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H