Strategi apa yang harus Aku lakukan untuk bertahan hingga awal bulan hadir. Mungkinkah Aku harus berpuasa selama lima hari penuh kedepan? Mungkinkah Aku harus meminjam uang kepada kawan kos ku untuk biaya makan? Mungkinkah Aku harus mencari kerja sambilan menjadi kuli bangunan agar mendapatkan upah sekedarnya? Mungkinkah Aku harus…..Ah Aku benar-benar merasa terpojok. Untuk menjadi sedih dan menangisi keadaan seperti ini diriku sudah khatam dan bosan.
Siang itu Aku beribadah Sholat Jumat dengan khusuk dan seksama. Saat itu Aku berdoa sambal merencah Tuhan yang Maha Besar itu, Aku berpikir jika Tuhan memang sayang dengan umatnya yang berkekurangan ini pastilah Beliau dapat membantu kesulitan-kesulitan yang menimpa hambanya ini. Aku berdoa sambil bergumam lantang,”Tuhan ingatkah Kau atas amalan-amalanku ketika membantu pekerjaan dan tugas perkuliahan teman-temanku. Tugas yang Aku kerjakan dalam sehari semalam karena harus dikumpulkan keesokan hari. Selama itu Aku tak pernah menagih biaya kepada teman-temanku hanya menerima pemberian dari mereka. Walau apapun itu selalu Aku terima karena posisi tawarku yang lemah.
Tuhan, Aku benar-benar tak tahu apakah yang Aku lakukan itu merupakan sebuah amalan atau hanya kecurangan demi pertahanan hidupku saja? Kalau Engkau merasa yang kulakukan itu adalah sebuah derma kebaikan maka saat ini merupakan waktu yang tepat untuk Mu membalasnya. Jleeeb, tiba-tiba Aku merasa sepertinya Aku telah menantang Tuhan dengan doaku tadi. Ibadah Sholat Jumat telah berakhir dan jamaah berangsur meninggalkan Masjid untuk kembali melakukan aktivitas masing-masing. Aku masih bersila di saf Masjid yang nyaman dan sejuk ini. Ku amati pergerakan jamaah yang beranjak menuju pintu keluar, semua berjalan seperti biasa, tidak ada pertanda doaku di jabah oleh yang Maha Kuasa. Bingung dan gundah menerpa pikiran dan ragaku. Kuatkah diriku menghadapi tantangan lima hari kedepan dengan sisa sangu dua puluh ribu rupiah ini.
Hari ke 1
Rekan satu kost ada yang berulang tahun ke dua puluh satu dan dia mendapatkan kunjungan tiba-tiba dari keluarganya yang datang jauh-jauh dari untuk memberinya kejutan. Alhasil seluruh penghuni kost mendapatkan potongan kue tart serta makan pagi, secara gratis. Refleks, Aku mengatur pemberian cuma-cuma tersebut, kue tart sebagai menu brunch dan nasi kotak yang kugunakan sebagai makan malam
Hari ke 2
Sebuah paradoks terjadi. Kemarin merupakan perayaan ulang tahun maka hari ini merupakan antitesis terhadapnya. Ibunda dari pemilik kost meninggal dunia karena usia yang memang sudah uzur. Almarhum meninggal ketika menunaikan tidur malamnya hingga sang surya terbit matanya masih terpejam. Kami seluruh penghuni kost tanpa iringan komando membantu dengan sebaiknya. Tentu saja konsumsi bagi pelayat turut tersibar untuk penghuni kost. Dan hal ini yang terpenting bagi diriku.
Hari ke 3
Tiba hari Senin dan konon adalah hari yang dibenci hingga muncul adagium “I don’t like Monday”. Bagiku semua hari sama saja terasa sempit dan menantang. Pagi ini terbangunkan oleh kawan satu kostku karena ternyata ada pembagian nasi bugkus gratis yang bertandang ke wilayah kost ku berada. Aneh tapi nyata, biasanya ritus tersebut dilakukan pada hari Jumat dengan embel-embel Jumat Barokah Berbagi ke Sesama. Ah, tak perlu berpikir panjang dan segan Aku mengambil 3 bungkus nasi. Ya betul 3 nasbung untuk diriku sendiri. Betapa tamaknya Aku di mata donatur.
Hari ke 4
Hari ini kating atau kakak tingkatku ada yang melangsungkan ujian skripsi. Sesuai dengan kultur di kampusku mereka-mereka yang melaksanakan ujian tersebut menyiapkan hidangan diluar ruang uji dengan harapan hajatnya terlaksana dan berjalan dengan baik dan mulus sehingga dapat lulus. Aku? Tentu saja senang rasanya melihat ada jajan pasar berupa arem-arem, lumpia, bolang baling dan ayam goreng fast food kenamaan lokal. Senyum berbinar dari diriku dan tak lupa satu kotak nasi plus fried chicken telah masuk ke dalam tas selempangku.