Ragam ucapan sejenis masuk terngiang ke indera pendengaran telinga tanpa mohon diri padahal Hari Raya masih 3 tubin kedepan. Kata-kata yang teruntuk Saya konotasinya cenderung bermental pengemis dan peminta yang sebenarnya aib didalam agama namun tak rikuh terkatakan.
Anehnya dalam situasi ini Saya juga tak menyadari jika sebagai orang tua justru kintil terkadang mendidik seperti itu ke anak sendiri. Di dalam Islam ada hadist yang prohibit atas mentalitas pengemis.
“Barangsiapa meminta-minta padahal dirinya tidak fakir, maka seakan-akan ia memakan bara api” (HR Ahmad 4/ 165).
Dari hadist itu, inginnya tersuluh rasa malu yang tumbuh dalam tiap lakon ketakwaan seseorang (juga tidak pamer ketakwaan). Artinya ketika seseorang mengaku bertakwa seharusnya paralel timbul rasa malu dan jengah dari tiap tindakan-tindakan bermental meradai termasuk meminta.
Sebagai orang tua, dengan memberi contoh anak meminta angpau THR maka mengajarkan dia menjadi individu dengan mental yang lemah, sedangakan Islam adalah agama yang mengajarkan umatnya untuk menjadi sebaik-baik manusia (bermental kuat).
Ah, apapun agamanya semua agama memang membantu manusia agar hidup lempeng. Agama membantu men-drive way of life seseorang agar on the right track. Berusaha membentuk manusia yang bermanfaat bagi sesama dan bagi kehidupan lainnya.
Filosofi ini seharusnya mengikat muncul sebagai ego terlubuk manusia yang punya harga diri dan tak dapat dinilai dengan rupiah. Kewajiban Kita semua untuk meninggikan derajat kemanusiaan dengan tidak mengajarkan tretan cilik Kita di dalam keluarga laksana pengemis.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1443 H
Mohon Maaf Lahir & Batin.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI