Mohon tunggu...
Hanna Cynthia
Hanna Cynthia Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Sejarah | Sepotong Surat

7 November 2017   20:09 Diperbarui: 7 November 2017   20:14 939
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Apa kamu yakin kita akan sukses membangun jalan pos itu bersama warga lainnya? Oh iya, ibuku tidak bisa ikut karena sakit dan Daendels belum tahu hal itu." kataku. Aku masih merasa ragu untuk melakukan hal yang terlihat tidak mungkin itu, masalahnya kurang lebih 1000 km jauhnya. "Kita semua harus yakin sukses, Na! Percayalah, kita punya Tuhan yang selalu ada untuk membantu kita. 

Mungkin Daendels bisa memaklumkan hal itu." tegasnya memotivasiku lagi. Niana selalu mengutamakan Tuhan dalam hidupnya, semuanya ia jalani berlandaskan nama Tuhan. Aku jadi ikut termotivasi untuk terus percaya pada Tuhan sepenuhnya. Dari hal itu, kami bisa mengerjakan hal yang tidak mungkin menjadi mungkin.

"Kita boleh istirahat sebentar tidak ya? Aku sudah mulai capek." kataku. Saat itu, masih banyak orang yang bekerja, namun, ada juga yang beristirahat karena sudah terlalu lama bekerja. Untungnya, Daendels sedang tidak ada ditempat jadi aku bisa istirahat sebentar. "Boleh lah, Na. Asalkan kita terus bekerja sampai selesai." jawabnya.

***

Beberapa tahun kemudian..

Sore itu, aku kembali ke rumah dan aku menemukan surat di tempat biasa Ibuku tidur. Namun, aku tidak melihat ibuku lagi di rumah itu. Aku mulai meneteskan air mata saat mengambil surat yang ibuku tulis.

Kalau kamu membaca surat ini, kamu harus tahu bahwa sekarang ibu sudah tidak bisa bersamamu lagi. Ibu sudah tidak kuat lagi, Nak. Kamu harus terus berjuang sampai akhirnya nanti. Ibu akan sangat senang jika kamu menjalani hidupmu dengan penuh syukur. Penderitaan yang selama ini kamu rasakan itu akan terbayar nantinya. Ibu berdoa agar kamu selalu diberikan kesehatan dan kebahagiaan. Tuhan menyertaimu, Rena.

-Ibu

Aku tidak kuat untuk menahan air mataku. Tiba-tiba, Niana datang dan mencoba menghiburku. Saat ini aku hanya bisa mensyukuri apa yang sudah terjadi. Penderitaan kami selama ini tidak sia-sia untuk Indonesia. Walaupun banyak sekali warga yang meninggal karena usia dan penyakit malaria, tetapi itu demi kebaikkan Indonesia kedepannya. Niana dan Reni yang kini semakin tua pun tetap hidup dan berjuang bersama di Indonesia sebagai sahabat yang saling memotivasi satu sama lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun