YOGYAKARTA - Har Tati, seorang wanita berusia 46 tahun yang tinggal di Perumnas Condong Catur, Kecamatan Depok, Sleman adalah seorang penjual sosis ayam pedas.
Kebiasaannya yang bangun jam 2 pagi untuk membuat sosis ayam pedas lalu menjual dagangannya ke warung-warung sudah digeluti kurang lebih selama 15 tahun.
Har Tati tetap menjual dagangannya tersebut walau sedang pandemi Covid-19, jika ia tidak melakukan hal ini maka Har Tati pun tidak bisa makan. Awalnya Har Tati merasa sangat terpukul dengan adanya pandemi ini karena banyak orang yang tidak lagi memesan sosis ayam pedas nya tersebut, tetapi ia terus berharap pandemi akan semakin membaik dan kembali mendapatkan pesanan yang banyak.
Har Tati merupakan seorang wirausaha dari keempat saudarinya, sosis yang ia jual pun berbeda dari sosis pada umumnya yang biasa ditemukan di supermarket.
Sebelum dapat dikatakan sosis seutuhnya Har Tati harus terlebih dahulu membuat kulit yang terbuat dari campuran telur, tepung, sedikit minyak dan air, setelah itu dipanggang di atas teflon bulat yang diberi margarin, jika kulit sudah masak dapat menggulung nya dan tidak lupa diberi isi ayam pedas dan biji wijen, langkah terakhir adalah menggoreng sosis yang dicelupi telur ke dalam minyak goreng.
Har Tati tidak pernah menggunakan minyak goreng berulang-ulang kali, inilah nilai posif tadi penjualan sosis nya, sebelum menggoreng pun ia selalu menggunakan masker, dan memindahkan sosis ke kotak untuk di jual tidak pernah pakai tangan, ia menggunakan pencapit.
Awal bulan adanya pandemi Har Tati bahkan tidak mendapat pesanan satu pun. Untungnya Har Tati bekerja sendirian tanpa harus dibantu orang apa lagi merekrut karyawan, jadi setidaknya hasil penjualan yang dititipkan di warung-warung tidak harus ia bagi-bagi. Hasil penjualan di awal-awal pandemi hanya cukup untuk makan dan membeli bahan-bahan membuat sosis ayam pedas.
Meskipun pendapatannya menurun ia tetap menabung untuk keadaan genting atau sangat dibutuhkan dan terbilang mengirit-irit jajanan. “Keponakan saya, Yasmin yang umurnya masih lima tahun itu sangat suka ikut saya belanja tepung sama telur waktu malam-malam ke warung. Biasanya di awal-awal dia bilang hanya jajan satu saja tetapi saat sudah sampai warung kata-kata itu berubah. Yahhh… namanya anak kecil mau bagaimana lagi, besok-besok saya tidak mau dia ikut,” kata Har Tati dalam wawancaranya.
Tetapi, itu tidak berkunjung lama, mendekati akhir tahun banyak orang-orang yang berani membuka usahanya lagi, lalu ada juga yang berani melakukan pernikahan kecil-kecilan.
Karena hal tersebutlah Har Tati kembali mendapatkan pesanan untuk pertama kalinya, ia merasa sangat senang dan bersyukur. Mendapat pesanan berarti tidak ada satu pun yang tidak terjual habis, tidak saat menitipkan nya di warung-warung, terkadang habis semua terkadang sisa banyak, maka dari itu keuntungan lebih besar saat mendapatkan pesanan, masalah dimakan atau tidaknya itu urusan mereka, demikian hal yang diungkapkan Har Tati. Ia jadi merasa masa pandemi ini tidak terlalu buruk baginya dan penjualannya. Bisa dikatakan perolehan hasil penjualan sosis ayam pedas nya semakin lama semakin meningkat.
“Waktu itu saya mendapatkan 700 biji pesanan untuk sebuah pernikahan. Saya bahkan lembur, lupa untuk beristirahat, dan makan. Jumlahnya sangat banyak tetapi waktu yang diberikan sangat tipis, saya hanya punya waktu sehari semalam untuk menyelesaikan pesanan tersebut,” ungkap Har Tati. “Bahkan keponakan saya, Erika membantu saya di hari terakhir untuk menggulung kulit,” lanjutnya.
Har Tati bahkan mengingat-ingat hari yang banyak orang akan pergi ke warung-warung untuk membeli jajanan pagi, karena jika ia tidak melakukan hal tersebut otomatis sosis ayam pedas nya akan sisa. Har Tati sadar, sebagai seorang penjual yang hasil penjualannya tidak selalu stabil ia harus memutar otak untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
“Ada waktu di saat mengambil kotak sosis saya di warung-warung, saya melihat makanan yang sisanya masih banyak, lebih buruk lagi ada yang masih utuh. Itu sangat disayangkan. Biasanya kalau sudah begitu akan dibagi-bagi ke orang-orang sekitar,” ungkap Har Tati.
Dari kisah perjuangan Har Tati tersebut kita dapat mengetahui bahwa pandemi Coved-19 sangat berpengaruh pada pendapatan ekonomi masyarakat, dari rendah, menengah maupun atas.
Walaupun begitu, Har Tati tidak lupa dengan protokol kesehatan, ia tetap menggunakan masker saat bekerja dan menjaga agar dagangannya tersebut tetap steril ia menggunakan pencapit untuk mengambil sosis ayam pedasnya tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H