Mohon tunggu...
Hanna
Hanna Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar Sekolah Menengah Atas

Pelajar SMAN 34 Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Resensi Novel "Origin" Dan Brown

18 April 2021   11:51 Diperbarui: 19 April 2021   10:06 2940
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan Brown yang dikenal setelah kesuksesan dalam salah satu karyanya yang berjudul The Da Vinci Code merupakan seorang novelis kelahiran Exeter, New Hampshire, Amerika Serikat pada 22 Juni 1964. Dan Brown merupakan putra sulung dari tiga bersaudara dan tercatat sebagai lulusan dari Universitas Amherst dan Akademi Phillips Exeter. Sebelum dikenal sebagai seorang novelis, Dan Brown merupakan tenaga pendidik di sekolah Spanyol, Beverly Hills dan tenaga pengajar bahasa Inggris di Phillips Exeter Academy. Dan Brown dikenal sebagai penulis andal yang kontroversi, karya yang ditulisnya bercirikan permasalah sejarah, seni, serta agama. Karya-karya bestseller internasional yang dikarang oleh Dan Brown antara lain Digital Fortress (1997), Angels and Demons (2000), Deception Point (2001), The Da Vinci Code (2003), The Lost Symbol (2009), Inferno (2013), dan Origin (2017). Kini ia tinggal di New England bersama istrinya.

Kisah dalam novel ini diawali dengan undangan kepada Robert Langdon ke Museum Guggenheim di Bilbao, Spanyol  pada acara pengungkapan penemuan ilmiah Edmond Kirsch—seorang futuris ateis, ilmuwan komputer, miliuner, inventor, dan pengusaha, yang juga merupakan mantan mahasiswa Robert Langdon di Univesitas Harvard. Temuan Edmond Kirsch diklaim dapat merobohkan fondasi agama-agama dunia dengan menunjukkan jawaban dari dua pertanyaan fundamental eksistensi manusia hingga menjadi bahan perbincangan yang menyulut api konspirasi kemanusiaan di dunia.

“Dari mana asal kita? Ke mana kita akan pergi?”

Ketika akan memaparkan presentasi temuan ilmiahnnya, tiba-tiba Kirsch terbunuh—ia ditembak oleh seorang pembunuh bayaran yang menyusup ke dalam acara. Berangkat dari kejadian inilah perjalanan aksi Langdon untuk memecahkan teka-teki temuan Kirsch dimulai.

Berkejaran dengan waktu, Langdon berusaha mencari tahu misteri dibalik temuan Edmond Kirsch yang belum tersampaikan kepada publik. Ketika melakukan perjalanan untuk mengungkap temuan mantan mahasiswanya, ia malah dituduh sebagai dalang dari pembunuhan tersebut dan telah menculik tunangan calon raja Spanyol, Ambra Vidal. Langdon berusaha membuktikan kepada publik bahwa ia tak bersalah setelah dikenal luas dari rekaman dirinya yang diperlihatkan pada pembukaan presentasi Kirsch. Selain dirinya yang dijadikan target publik atas pembunuhan Kirsch, masih banyak tokoh lain yang ikut dilibatkan oleh media. Dibantu oleh tunangan raja Spanyol dan program kecerdasan buatan yang diciptakan oleh Kirsch, Winston, mereka mencari cara agar dapat memecahkan berbagai kode dan kata sandi rahasia untuk mengetahui misteri dibalik temuan Kirsch dan akhirnya menayangkan kembali temuannya yang belum tersampaikan kepada publik.

Dari beragam aksi menegangkan yang dilalui oleh Robert Langdon dengan bantuan Ambra Vidal dalam memecahkan temuan Edmond Kirsch, terselip alur tak terduga dari sosok misterius dingin tanpa emosi yang berusaha membantu Langdon di sepanjang jalan dengan memerankan dirinya sebagai pengembang situs Katolik terkemuka Spanyol, monte@iglesia.org. Dan sosok ini pula yang sebenarnya menjadi dalang dari kekacauan pembunuhan Edmond Kirsch pada acara tersebut.

Dapat saya akui bahwa karya Dan Brown ini terus menerus menampilkan alur yang menegangkan, dibuat dengan beragam teka-teki yang terselip di tiap bab-nya membuat para pembaca akan berusaha menebak-nebak apa yang sesungguhnya terjadi, siapa dalang dibalik kekacauan acara Edmond Kirsch. Dalam novel ini juga disuguhkan fakta-fakta terkait karya seni, arsitektur, sains, dan organisasi keagamaan yang ada di dunia nyata sehingga dapat menggugah minat untuk mengetahui lebih lanjut visualisasi sesungguhnya dan terkadang penyajian tersebut membuat kita berpikir apakah ini benar-benar nyata. Disajikan pula penggambaran cerita mengenai cara kerja teknologi yang nyatanya secara tidak langsung mengingatkan kita bahwa peradaban manusia masih berlanjut hingga saat ini.

Namun, tata bahasa penulisan novel ini terkesan sedikit berat, hal ini mungkin menyebabkan para pembaca mudah merasa bosan dan sulit memahami alur cerita, tetapi jika terus menyimak jalan cerita dengan cermat, maka akan ada banyak hal penuh misteri yang terus terbayang untuk segara dipecahkan. Dan dari satu misteri besar yang sebenarnya terselip jelas dalam novel ini, mengenai dalang dibalik kekacauan besar pembunuhan Edmond Kirsch, saya tidak terkejut mengetahui itu ulah siapa. Sedikit disayangkan ketika bisa menebak ini dengan jawaban pasti karena sejak aksi Robert Langdon dimulai hingga di klimaks cerita, saya benar-benar sudah mencurigai sosok misterius dingin tanpa emosi ini merupakan Winston, program kecerdasan buatan Kirsch.

Dalam buku ini, kita dapat mengambil beragam pelajaran. Pertama, mengenai makna seni yang diciptakan oleh seorang seniman dan juga mempelajari cara menafsirkan suatu karya seni yang selalu menciptakan kekeliruan. Selanjutnya, pelajaran terpenting yang dapat diambil dari novel ini adalah mengenai sebuah penciptaan yang jelas selalu mengandalkan campur tangan Tuhan. Ketika buku ini menuliskan apa yang disimpulkan Kirsch bahwa kehidupan berasal dari hukum fisika, maka akan banyak spekulasi sains yang sulit untuk memperoleh data akurat. Karena pada dasarnya, dari mana kita berasal dan ke mana kita akan pergi adalah rahasia terbesar dalam lingkup zat Yang Maha Kuasa. Dan pelajaran terakhir yang saya dapat adalah mengenai berbagai macam pertentangan agama dunia yang selalu menganggap satu di antara mereka lebih baik bisa saja mengecilkan pandangan kita terhadap kemajuan dunia yang sedang terjadi. Agama dan perkembangan teknologi seharusnya bisa berdampingan dengan baik, sehingga peradaban manusia terus berjalan selagi agama dan teknologi saling menyesuaikan diri terhadap perubahan pola pikir manusia dari masa ke masa.

Kita harus rela membuang kehidupan yang telah kita rencanakan, demi memiliki kehidupan yang menanti kita.

―JOSEPH CAMPBELL

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun