Mohon tunggu...
Right Man
Right Man Mohon Tunggu... profesional -

Selalu tertarik dengan hal – hal baru dan eksis dalam kesederhanaan. Menulis adalah kebutuhan!

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Indonesia Menjadi Sasaran Perang Asimetris

28 Maret 2011   07:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:22 1465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13012973121762613272

Strategi peperangan saat ini sudah berevolusi dari yang awalnya konvensional menjadi non-konvensional (Asimetris). perang jenis Psy War juga marak di gunakan dengan menebar isu2 yang sifatnya untuk mengganggu stabilitas negara sasaran seperti yang di gunakan AS di Lebanon, Afghanistan dan Libya serta Korea selatan dengan korea utara dengan menggunakan balon-balon udaranya.

Strategi tersebut tergolong murah meriah tanpa mengeluarkan biaya mahal karena perang Asimetris tidak menggunakan banyak alutsista, cukup dengan melempar isu provokatif stabilitas Negara sasaran akan goyah. Dengan digunakannya strategi Asimetris oleh sebuah Negara untuk melumpuhkan lawannya bukan berarti kekuatan konvensional yang didukung Alutsista modern dan canggih sudah tidak akan dipergunakan lagi. Justru untuk mengantisipasi gagalnya upaya melemahkan Negara sasaran dengan strategi Asimetris, kekuatan konvensional yang didukung mesin-mesin perang canggih serta modern tetap disiapkan sebagai alat eksekusi berikutnya.

Inilah yang dimaksud dengan Hard Power dimana sebuah Negara yang memiliki militer kuat cenderung menggunakan kekuatan militernya sebagai penekan untuk mendukung diplomasinya agar sasaran tunduk dan patuh mengikuti kemauannya.

Dalam Konflik Libya kita dapat melihat bagaimana AS dalam menekan sebuah negara dengan menggunakan berbagai strategi dari yang Asimetris sampai ke konvensional untuk mencari/menggalang dukungan dari Uni Eropa dan Liga Arab demi menjatuhkan Libya.

Melihat strategi Non-konvensional yang dilancarkan masih dianggap kurang mampu menundukkan Libya, AS lalu merubah strateginya dari non-konvensional menjadi konvensional dengan segera menyiapkan mesin-mesin perang yang dimilikinya beserta NATO untuk menggebuk kekuatan militer Libya yang masih bercokol dan mendapat dukungan dari sebagian rakyatnya.

Subuh menjelang fajar Jet-jet tempur AS yang diperkuat pesawat pembom B2 Spirit mulai bergerak dengan menjatuhkan bom-bom strategisnya kewilayah Libya dibantu tembakan rudal-rudal bermata jenis Toma Hawk yang dilancarkan dari Kapal perang AS. Pesawat-pesawat negara NATO lainnya segera menyusul dengan menghacurkan fasilitas/instalasi/pangkalan militer Libya tanpa balasan yang berarti dari pasukan Libya dengan nama sandi operasi fajar (Odssey Down Operation)

Dari gambaran diatas dapat kita lihat bagaimana negara besar macam AS menjalankan strategi perangnya terhadap negara sasaran yaitu Libya. hal tersebut juga berlaku bagi negara lainnya yang di anggap AS "mbalelo". Indonesia di era Soekarno juga hampir mengalami hal serupa dimana AS juga menyiapkan armada militernya untuk menginvansi indonesia saat pemberontakan Permesta sedang berlangsung. Tidak heran, karena secara diam-diam AS juga mendukung pemberontakan tersebut, terbukti saat pesawat tempur permesta tertembak jatuh di perairan indonesia pilot yang jatuh dan di tawan oleh indonesia adalah seorang agen CIA bernama Alan Pope beserta dokumen lengkap lainnya.

Selama konflik RI - Permesta berlangsung AS dengan dalih menjaga ladang minyaknya selalu berusaha masuk kewilayah indonesia, melihat gelagat tidak beres yang ditunjukkan AS terhadap Indonesia TNI berusaha menggagalkan upaya tersebut dengan sesegera mungkin mengamankan ladang-ladang minyak AS sebelum sengaja di hancurkan oleh pemberontak Permesta yang bersekongkol dengan AS. Dengan begitu AS sudah dapat dipastikan tidak akan dapat masuk kewilayah RI karena tidak memiliki alasan kuat sebagai pembenarnya. Perlu diketahui, AS sudah menyiapkan Armada VII dekat perairan Singapura dan terus melakukan manuver perang sebagai langkah persiapan memasuki wilayah indonesia.

Indonesia dulu berbeda dengan Indonesia sekarang, saat ini Indonesia bagi AS sudah dianggap sebagai "Good Boy" sehingga strategi konvensional masih belum saatnya disiapkan melihat tekanan dan lobi-lobi AS yang diberikan dengan dalih menjaga kestabilan kawasan masih bisa di turuti/diikuti oleh pemerintah indonesia. Jadi cukup dengan strategi Asimetris saja yang berbiaya murah dan sederhana AS sudah mampu menggoncangkan pemerintah indonesia lewat isu, informasi, kebebasan, budaya, ekonomi, narkoba, korupsi dan lain sebagainya....

Seperti yang kita ketahui, Menurut Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Samsoedin bahwa dunia strategi dan pertahanan sedang memasuki babakan baru, yakni perang asimetris. ”Kita harus menanggalkan cara berpikir perang konvensional. Banyak hal yang terjadi tanpa disadari adalah dampak perang asimetri. Media digunakan sedemikian rupa mengumbar sensasi. Perang asimetri itu bukan menghadapkan senjata dengan senjata atau tentara melawan tentara,” ujarnya. (Kompas 28/3/2011)

Wamenhan mengingatkan, negara yang secara ekonomi dan kesenjataan lemah adalah sasaran utama perang asimetris. Sebagai contoh, media internet atau media massa tanpa sadar dipakai untuk memengaruhi cara berpikir atau melemahkan bangsa

Pemberitaan dua media Australia mengenai kebijakan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dan situasi politik di indonesia beberapa waktu lalu juga termasuk upaya pemerintah Australia dalam melancarkan strategi Asimetris dengan tujuan menggoyahkan stabilitas pemerintah indonesia lewat jaringan informasi.

Apa sih yang susah dilakukan di era teknologi dan informasi sekarang ini yang segala sesuatunya dapat dengan mudah dan murah di akses lewat media jaringan seperti Youtube, Tweeter, Facebook, Media Cetak maupun Elektronik.

Tapi yang membuat saya heran, ternyata bangsa lain tidak perlu dengan susah payah untuk melemahkan Indonesia, cukup lewat tangan rakyatnya sendiri yang sudah berhasil di otak-atik mereka sudah berhasil mengacak-acak stabilitas Negara Indonesia dengan sendirinya...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun