Mohon tunggu...
Haniyah Nasywa Rifai
Haniyah Nasywa Rifai Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Haniyah Nasywa Rifai, seorang Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika di UIN Syarif Hidayatullah yang penuh semangat dan antusiasme. Saya percaya bahwa setiap pengalaman adalah kesempatan untuk belajar dan tumbuh, dan saya selalu berusaha untuk memanfaatkan setiap momen dalam perjalanan akademis saya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Bagaimanakah Solusi Saintis Dalam Mengatasi Pemanasan Global?

12 Desember 2024   16:01 Diperbarui: 12 Desember 2024   16:01 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Permasalahan utama yang dibahas dalam tulisan ini adalah tentang bagaimana pemanasan global, sebagai ancaman terbesar bagi kelangsungan hidup manusia dan ekosistem Bumi, memerlukan solusi konkret yang dapat diterapkan secara global. Tidak dapat dipungkiri, bahwa pemanasan global telah menyebabkan peningkatan suhu rata-rata permukaan Bumi, pencairan es di kutub, kenaikan permukaan air laut, hingga cuaca ekstrem yang mengancam ketahanan pangan dan keanekaragaman hayati. Meskipun ilmuwan di seluruh dunia telah mengembangkan berbagai solusi seperti teknologi energi terbarukan, pengelolaan karbon dan inovasi pertanian berkelanjutan, namun tantangan yang dihadapi masih sangat kompleks. Beberapa di antaranya adalah keterbatasan implementasi teknologi, ketidakmerataan akses pada sumber daya, serta kurangnya kolaborasi global dalam mengambil tindakan nyata. Tulisan ini akan membahas sejauh mana peran sains dan teknologi dalam menjawab tantangan tersebut, serta apakah solusi yang ditawarkan mampu menjadi jawaban atas permasalahan pemanasan global yang semakin mendesak.

Urgensi pemanasan global sebagai masalah global semakin meningkat, mengingat dampaknya yang signifikan terhadap kehidupan manusia dan ekosistem. Data dari Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) menunjukkan bahwa suhu global telah meningkat rata-rata 1,1°C sejak era pra-industri, dengan proyeksi kenaikan hingga 1,5°C dalam dua dekade mendatang jika emisi gas rumah kaca tidak dikurangi secara drastis (Perbina & Pasaribu, 2022). Laporan Global Climate Risk Index 2023 juga menyebutkan bahwa bencana iklim, seperti banjir, kekeringan, dan gelombang panas, telah menyebabkan kerugian ekonomi global hingga $280 miliar pada tahun 2022 (Shirai, 2022). Selain itu, lebih dari 40% populasi dunia kini tinggal di wilayah yang rentan terhadap dampak langsung perubahan iklim, seperti naiknya permukaan laut yang mengancam keberadaan kota-kota pesisir. Jika langkah-langkah mitigasi dan adaptasi tidak segera dilakukan, dampak buruk ini tidak hanya akan meluas, tetapi juga menjadi semakin sulit untuk diatasi. Oleh karena itu, solusi saintifik yang inovatif dan terintegrasi diperlukan untuk mengatasi tantangan ini secara mendesak.

Berdasarkan latar belakang dan urgensi tersebut, dalam konteks analisis, khususnya terhadap pemanasan global setidaknya menunjukkan bahwa meskipun sains telah menawarkan banyak solusi, penerapan nyata di lapangan masih menghadapi berbagai kendala. Pertama, masalah utamanya terletak pada ketergantungan dunia terhadap bahan bakar fosil yang menjadi sumber utama emisi karbon. Transisi ke energi terbarukan, seperti tenaga surya, angin, dan air, membutuhkan investasi besar dan infrastruktur yang memadai, yang sering kali sulit diwujudkan di negara berkembang. Kedua, solusi teknologi seperti pengelolaan karbon (carbon capture and storage) masih terkendala biaya tinggi dan keterbatasan dalam skala penggunaannya. Ketiga, tantangan politik dan ekonomi sering menghambat implementasi kebijakan hijau, terutama di negara-negara dengan kepentingan besar dalam industri berbasis karbon. Selain itu, kurangnya kesadaran dan komitmen masyarakat global terhadap pengurangan jejak karbon memperburuk situasi. Pendekatan saintifik, meskipun sangat penting, harus diintegrasikan dengan kebijakan yang kuat, kerjasama internasional, serta edukasi publik untuk menciptakan dampak yang nyata dan berkelanjutan dalam memerangi pemanasan global.

Beberapa ide yang baru saja dipaparkan setidaknya dapat dinilai sangat tepat karena mencakup berbagai aspek utama yang menjadi akar permasalahan pemanasan global, mulai dari faktor teknologi, ekonomi, hingga sosial-politik, yang saling berkaitan dan mempengaruhi keberhasilan implementasi solusi. Ketergantungan pada bahan bakar fosil, misalnya, tidak hanya menjadi tantangan teknis tetapi juga melibatkan aspek ekonomi global, di mana banyak negara bergantung pada pendapatan dari industri berbasis karbon. Analisis ini juga relevan karena menyoroti kesenjangan antara kemampuan negara maju dan berkembang dalam mengadopsi teknologi ramah lingkungan, sebuah isu yang sering menjadi hambatan dalam konferensi internasional seperti COP (Conference of the Parties). Selain itu, aspek sosial-politik, seperti kurangnya komitmen politik dan rendahnya kesadaran masyarakat, memberikan gambaran realistis bahwa sains tidak dapat berdiri sendiri sebagai solusi. Pendekatan multi-aspek ini memungkinkan identifikasi hambatan utama dan memberikan dasar untuk merancang strategi komprehensif yang lebih efektif dalam mengatasi pemanasan global secara berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun