Mohon tunggu...
Hani Rai
Hani Rai Mohon Tunggu... Petani - Belajar jadi petani

blogging, handcrafting, journaling, eco farming

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Nasi Besek, Hampers, dan Pensiunnya Gelas Kaca

3 Mei 2024   16:13 Diperbarui: 6 Mei 2024   03:27 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pribadi @hani_rai

Katanya, di bulan Ramadan, sampah meningkat 20%. Selain sampah reguler belanja konsumsi sehari-hari, di bulan ramadan kecenderungan jajan FnB (food n beverage) meningkat. Lihat saja menjelang berbuka puasa, banyak penjual takjil yang diserbu pembeli hingga menghasilkan yang namanya takjil war.

Langkanya Nasi Besek
Beberapa acara buka puasa bersama hingga syawalan trah keluarga mengemas makanan dalam nasi kotak. Untuk meminimalisir kerepotan karena tiap orang sudah sibuk dengan keluarganya.

Karena porsinya sudah ditetapkan, maka seringkali ada makanan tersisa. Dan tidak ada yang mengelola sampah sisa makanan tersebut. Mungkin karena tuan rumah memang tidak terbiasa mengelola, sudah lelah dengan aneka acara lebaran, atau dari pihak tamu yang tak menghabiskan makanan.

Saat ini jarang ada kemasan makanan menggunakan besek dan daun pisang. Dan kalaupun ada, sangat langka dan sangat mengesankan. Syukurlah saya menemukannya dan sangat menikmati hidangan ini.

Memang, usaha makanan minuman sangat bergantung dengan kemasan. Sebut saja gelas plastik, sedotan plastik, stereofoam, mika bungkus kue, plastik klip bungkus kurma, plastik klip bungkus acar dan sambal.

Belum selesai, masih ada kotak makan berlapis plastik, sendok plastik, kertas nasi berlapis plastik, hingga plastik krupuk. Terakhir ada kresek kemasan makanan.

Mungkin harga makanannya tak sampai 50 K, namun residu plastiknya demikian banyak. Agak paradoks, perputaran uang dengan sampah berjalan beriringan. Semua tahu, jika kegiatan ekonomi sangat penting. Baik UMKM, warung makan, hingga produsen besar.

Maka tumpukan sampah akan menghasilkan residu baru, sumber bau, dan seterusnya. Dan saat lebaran, tukang sampah ikut libur lebaran. Entah berapa lama trash bag berisi sampah campur itu berdiri menunggu diangkut.

Hampers dan Printilannya
Bukan hanya makanan, hampers lebaran juga menjadi sumber sampah baru. Kemasan hampers yang cantik biasanya jadi pilihan karena semua suka. Sayangnya dari pengemasan hampers tersebut, ada berapa yang pada akhirnya berujung di tempat sampah?

Sumber : pribadi @hani_rai
Sumber : pribadi @hani_rai

Misalnya Anda membeli hijab printing. Ada yang dibungkus kemasan pouch ziplock, ada yang dikemas dengan pouch kulit sintetis, ada juga yang dikemas dengan kotak/box cantik. 

Atau Anda membeli hampers mangkok atau mug. Selain kemasan box barang yang rapi, penjual akan melapisinya dengan bubble wrap agar tidak pecah. Kadang bubble wrap ini juga berlapis di bagian luar.

Atau mungkin Anda menyiapkan hampers yang berbeda-beda menyesuaikan penerimanya. Katakanlah anda beli dari 5 toko online. Tentu akan makin banyak kemasan plastik, bubble wrap, dan selotape yang susah dilepas itu. Ternyata residunya banyak ya.

Pensiunnya Gelas Kaca
Tapi tunggu, hiruk pikuk lebaran juga menghasilkan sampah yang tak kalah banyak. Berkeliling dari rumah ke rumah, teh hangat dalam gelas telah berganti menjadi air putih atau minuman rasa buah dalam kemasan. Dari yang wujudnya botolan, kotakan, hingga gelasan.

Saya mengalami peralihan teh panas menjadi minuman kemasan. Betapa lelahnya mencuci gelas kaca dan mengangkut gelas-gelas kala tamu berganti. Untungnya orangtua punya stok gelas yang banyak. Kini, kalaupun ada open house di rumah, so pasti saya tak sanggup menyajikan teh hangat gelas kaca dalam jumlah banyak.

Selain perkara minuman, kue lebaran dalam toples besar juga mulai dibungkus plastik kecil. Mungkin karena kue tersebut rawan mlempem karena terbuka dalam waktu lama, maka produsen mengemasnya dalam plastik kecil. Masih ada lagi, jeli, permen, snack, bahkan emping dan kacang mede dikemas plastik kecil-kecil.


Sumber : @aindarta
Sumber : @aindarta
Di desa, kunjungan lebaran disertai makan. Mereka menyajikan set makan lengkap dalam meja besar dengan piring bertumpuk. Tamu yang datang bergiliran dijamu untuk makan. 

Karena selalu diajak makan, maka kami mengambil makan sedikit-sedikit saja agar perut tidak begah. Jadi, syukurlah makanan juga tidak terbuang nyisa. Beda cerita kalau nasi kotak. Pasti sampahnya akan banyak.

Sampah Kala Sahur di Rest Area
Apakah anda termasuk pemudik lebaran? 

Bagi yang memilih jalan dini hari tentu akan menemukan betapa padatnya rest area di jam-jam sahur. Karena kemacetan di jalur masuk rest area, maka mobil-mobil memilih parkir di bahu jalan. Ada banyak pemudik yang menggelar makan sahur di dekat mobil. Situasinya sungguh seperti piknik, ya...  pique nique.

Meskipun ada banyak tempat sampah yang disediakan rest area, namun sampah- sampah makanan sisa sahur ini terlihat menyumpal di pinggir jalan. Inilah wajah asli kita. Meninggalkan sampah di mana-mana. Toh nanti ada yang membersihkan.

Sumber : pribadi @hani_rai
Sumber : pribadi @hani_rai
Maka saya salut dengan pengelola rest area yang gerak cepat menurunkan tim kebersihan. Mereka bebersih setelah para pemudik meneruskan perjalanan.

Ada juga rest area yang menyediakan tempat sampah botol di banyak spot sehingga pengunjung hanya perlu memasukkan botol kosong secara mandiri. Langkah rest area Pabrik Gula ini sangat cerdik dan mencerdaskan. Semoga metode ini banyak diduplikasi rest area lainnya.

Lagu Lama tentang Sampah
Begitulah, rangkaian puasa dan lebaran ini menyisakan beberapa catatan tentang sampah. Agaknya problem ini selalu berulang meskipun kini TPA sudah sering buka-tutup. 

Munculnya tempat sampah liar di lahan kosong tentu menggelisahkan warga sekitar. Apalagi jika penyelesaian pemerintah adalah dengan membuka TPA atau TPS atau membeli mesin canggih tanpa perubahan pola pemilahan sampah. Hanya mengulang masalah.

Semoga munculnya pengelola sampah di tingkat komunitas atau pihak swasta dapat menjadi jalan keluar bagi pengelolaan sampah. Demikian pula di tempat-tempat umum, masyarakat, akamsi - anak kampung sini, dan turis secara sadar mau memasukkan sampah ke tempatnya. Yuk jangan nyampah yuk.
 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun