Mohon tunggu...
Hani Rai
Hani Rai Mohon Tunggu... Petani - Belajar jadi petani

blogging, handcrafting, journaling, eco farming

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Matikan Handphonemu

30 Maret 2024   21:55 Diperbarui: 30 Maret 2024   22:05 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : tangkapan layar aplikasi di playstore

Relakah kita mematikan handphone dalam sehari saja ? Atau tetiba berada di lokasi yang susah sinyal? Atau wifi macet dan hp tanpa paket data. Atau hpnya terselip entah di mana.

Cepatnya Media Sosial Bergerak
Lima besar pengguna media sosial di Indonesia adalah WhatsApp, Instagram, Facebook, Tiktok, dan Telegram. Disusul Twitter, FB Messenger, Snackvideo, Pinterest, Line, dan Linkedin. Dari 10 media sosial tersebut, mana yang selalu menjadi kebutuhan wajib ?

WhatsApp menjadi sarana komunikasi wajib. Sembilan puluh dua persen (92 %) pengguna media sosial di Indonesia pakai WA. Instagram 86,3 %, Facebook 83,8%. Instagram menjadi media sosial yang penting untuk jualan, sumber cuan, sumber kreativitas gen Z. Sementara facebook menjadi media sosial bagi golongan lawasan. Bagi pencari info jual beli tanah, mobil bekas, motor lawas, hingga grup pertanian.


Sejak era normal, lalu lintas dunia online demikian cepat dan masif merubah kehidupan. Dulu, tak ada handphone, tak ada sinyal, tak apa. Tubuh bisa bergerak, tangan bisa bergerak, kaki pun bergerak, komunikasi lokal terhubung. Lewat pos, lewat gethok tular, lewat surat. Namun itu dulu. Sekarang dunia sudah berubah.Hmm
Krik krik
#tolahtoleh

Saat Hidup tak Berjarak dengan Orang yang Berjauhan
Bang Indra Piliang jauh-jauh hari sudah bilang tentang dunia yang dilipat. Bahwa jarak dan waktu tidak lagi terentang. Manusia terkoneksi satu sama lain, borderless. Bahkan lebih dari itu, kecepatan dan ketepatan informasi menjadi penting. Viral menjadi penting. Manusia menjadi Fomo (fear of missing out) atas segala sesuatu. Jangan sampai ketinggalan tidak tahu update informasi terbaru.

Jumlah follower, jumlah comment, like, adalah indikator dari keberhasilan kepopuleran. Namun sedikit banyak hal itu terpatahkan oleh hasil pemilu 2024 ini. Ketika faktor x ternyata berhasil mengalahkan kandidat presiden yang populer.

Ternyata masih lebih banyak orang yang lebih percaya pada uang dan ancaman di depan mata, daripada popularitas dan jumlah follower. Artinya, pengguna media sosial ya masih di seputaran orang kota, atau middle class, atau orang terdidik, dan orang yang melek teknologi.

Berpuasa Media Sosial
Semua platform media sosial pada dasarnya tergantung pada penggunaannya. Bisa demi eksistensi, informasi, kreasi, maupun promosi. Sekarang pertanyaannya, apakah kita yang terbiasa berlimpah informasi ini bisa berpuasa media sosial ? Bisakah mematikan handphone sehari ? Bisakah hidup tanpa sinyal ?

Saya pernah. Buat saya mungkin tidak apa. Tapi kemudian ada pesan yang terpending, ada hal yang mustinya bisa dikerjakan, dan akhirnya tidak terselesaikan. Dan ada orang di sana yang kelamaan menanti informasi. Ternyata saya (dan kita) terlanjur terjerat media sosial.

Sesungguhnya itu adalah sistem yang sengaja dibuat, konstruksi yang sengaja dibangun, untuk menjelma menjadi kebutuhan baru. Maka ramadhan ini mengajak manusia untuk sejenak mengendurkan urat, menahan diri untuk mengurangi eksistensi di media sosial, kecuali untuk jalan ibadah.

Orang Eksis Karena Kesepian
Kala orang berjarak secara fisik ataupun psikis dengan orang terdekat, dia butuh penguatan atas keberadaannya. Media sosial bisa memberikan apa saja, ketenaran, cuan, atau hujatan. Namun sebaliknya, media sosial bisa memberi penyakit baru, penyakit kesepian, kecanduan, dan mental health.

Untuk menjaga kewarasan, kita tidak perlu mengikuti semua media sosial. Gunakan yang memang perlu sesuai kepentingan kita. Namun lain halnya jika media sosial menjadi media promosi. Kalau memang bertujuan untuk dagang, ya harus update dengan media sosial.

Dengan memasang barrier tersebut, kita jadi lebih selektif memilih apa yang sungguh diperlukan untuk menopang kehidupan. Manusialah yang menentukan, manusialah aktornya. Bukan media sosial yang mengatur kehidupan seseorang.

Maka terkadang orang-orang yang bahagia dengan kehangatan dirinya dan lingkungan di sekitarnya tidak terlalu memperhatikan eksistensi di media sosial. Dia tak mau berurusan dengan komentar netizen.

Sementara itu, media sosial memang membuat manusia jadi up to date, jadi populer, dan sumber cuan. Anak muda jaman sekarang sangat melek media sosial. Dan ini bergerak dengan cepatnya.

Apakah media sosial bisa jadi ibadah ?
Tergantung niatnya, lalu prosesnya, lalu menjaganya tetap bertujuan ibadah. Eksis, like, comment, atau subscriber, hanya efek samping saja, bukan tujuan utama. Namun ini tentu tidaklah mudah.

Munculnya podcast kekinian yang membahas masalah agama dalam kemasan baru yang lebih chic, pembawaan yang lebih santai, merupakan jalan jitu untuk menjembatani ilmu agama dan teknologi. Ini inovasi yang cerdas.

Dengan membuka yutub, kita bisa mendapat kuliah soal agama yang disampaikan dengan light. Tengok saja yutub yang menghadirkan Habib dan Felix Siau, konten yang mereka sampaikan 'daging,' yang disampaikan dengan santun dan cerdas.

Inilah contoh bijak bagaimana menggunakan media. Untuk itu, mari berlatih menggunakan medsos sebagai media yang akan membawa kebaikan di dunia akherat. Mari kita kurangi curhat di media sosial. Kita kurangi flexing. Sebaliknya, mari kita kelola isi media sosial kita dengan hal positif yang bermanfaat bagi orang banyak. Cobalah matikan handphonemu sekali waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun