Mohon tunggu...
Hani Rai
Hani Rai Mohon Tunggu... Petani - Belajar jadi petani

blogging, handcrafting, journaling, eco farming

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Manusia Pengendali Sampah di Bulan Berkah

18 Maret 2024   21:05 Diperbarui: 18 Maret 2024   21:13 978
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : pribadi @hani_rai

Bulan ramadan adalah waktu premium/prime time kesempatan berbuat baik. Inilah promo live sebulan penuh, 30/30. Bersedekah, berbagi dan berbuat kebaikan akan mendapat ganjaran berlipat apalagi jika disertai niat dan cara mulia.

Berbagi buka puasa, memberi sahur, membangun saluran air di daerah sulit, mendirikan masjid dan menghidupkannya, berdonasi untuk pasien kanker dan penyakit berat, merupakan contoh sedekah mulia yang langsung dirasakan manfaatnya. Yang memberi senang, yang diberi juga senang.

Ijinkan kali ini saya menuliskan sedekah berkah yang jarang disadari namun sesungguhnya urgen dilakukan saat ini. Sedekah yang kebanyakan orang lupa, tak suka, acuh, dan abai. Itu adalah sampah. Hujan deras dan banjir akhir-akhir ini didukung oleh drainase tertutup dan persampahan yang buruk adalah buktinya.

Pengendali Sampah
Kalau Aang adalah avatar pengendali udara, air, tanah, dan api, maka kita adalah pengendali sampah. Kita adalah penghasil sampah, kita pembuang sampah, dan kebanyakan dari kita belum menjadi pengelola sampah di tempat tinggal masing-masing.


Sampah menjadi sesuatu yang kotor, terabaikan dan tidak dianggap signifikan. Sebelum kita bicara berbusa tentang politik, kekayaan, agama, mari kita selesaikan tugas domestik : berbuat baik pada alam semesta dengan mengelola sampah sehari-hari.

Mengembalikan Hasil Bumi pada Bumi
Apakah kawan pernah mendengar istilah eco enzyme ? Ini adalah produk hasil pengelolaan limbah kulit buah untuk menjadi enzim ramah lingkungan. Eco enzyme dibuat dari campuran bahan organik (saya: kulit buah) : gula/molase : air dengan perbandingan 3 : 1 : 10.

Kulit jeruk, mangga, kedondong, pepaya, dll dikumpulkan (saya : dicicil dengan dimasukkan ke kulkas). Setelah terkumpul, dipotong kecil kecil dan dicampur dengan gula dan air sesuai perbandingan. Jika kulit buahnya 600 gram, maka gulanya 200 gr, dan air yang dipergunakan 2000ml/2 liter.

Kemudian masukkan wadah, tutup rapat dan dibiarkan berfermentasi 3 bulan. Masa awal fermentasi akan mengeluarkan gas sehingga perlu dipantau agar wadah tidak meledak. Setelah 3 bulan, eco enzyme bisa dipanen. Lalu saring dan masukkan wadah tertutup. Cairan eco enzyme menjadi bahan pembersih, sebagai campuran sabun, menjadi disinfektan, untuk detoks badan, hingga membersihkan saluran air. Mudah, sederhana, murah, dan bermanfaat.

Sumber : pribadi @hani_rai
Sumber : pribadi @hani_rai

Mengapa membuat eco enzyme jadi sedekah ?
Kulit buah sisa biasanya hanya menjadi sampah tak terolah. Dengan memilah kulit buah, kita mengurangi isi tong sampah. Cairan eco enzyme sendiri bisa digunakan untuk menghilangkan bau di area sekitar sampah dan menjernihkan saluran air. Secara berkala saya menyiramkan air eco enzyme ke saluran pembuangan. Jika semua rumah membuat eco enzyme dan membersihkan saluran pembuangannya, tentu dunia akan lebih menyenangkan. Kita kembalikan hasil bumi pada bumi kembali dengan cara yang baik dan bermanfaat.

Bersedekah dengan Memilah  
Beberapa kali saya bertemu truk sampah. Bapack-bapack tua tanpa masker tanpa sarung tangan turun dari truk dan mengambil sampah dari rumah ke rumah. Di sisi lain, dari subuh hingga waktu petang, selalu ada pemulung yang membongkar tong sampah mencari botol plastik, kaca, atau apapun yang bisa dijual. Itu terjadi setiap hari, kadang mas-mas, ibu-ibu, kadang juga bapak-bapak.

Pertanyaannya, apakah kita, manusia yang senang bersedekah berdonasi kemanusiaan, mau melalukan satu perubahan untuk (sedikit) memudahkan pekerjaan para pengambil sampah dari rumah kita sendiri ?

Satu langkah sederhana : memilah sampah. Mari, pisahkan kulit buah (untuk eco enzyme). Buat biopori, losida (lodhong sisa dapur), kelola kompos di halaman rumah yang tersisa. Sebisa mungkin habiskan isi piring. Sisa batang kangkung, kertas bekas, satukan dalam komposter. Masukkan tanah/kardus/daun kerinh dan berikan mikroba plus gula untuk mempercepat pengomposan.

Atau kalau mau, kelola magot untuk menghabiskan semua sampah sisa makanan. Dari tulang hingga kulit buah, magot akan dengan senang hati memakannya. Dan nantinya hewan ini akan jadi pakan ternak. Haha..kembali lagi pada manusia, bukan ?

Pisahkan sampah residu, yakni sampah yang tak laku dijual seperti kertas berlapis plastik, isolasi bekas belanja onlen, kresek bekas. Letakkan dalam 1 wadah dan masukkan ke tong sampah. Atau untuk lebih jelasnya, sobat bisa lihat jenis sampah dari Bank Sampah Sawo Kecik di Sleman berikut ini.


Sumber : WAG Sonjo Tangguh
Sumber : WAG Sonjo Tangguh

Tata botol plastik, botol kaca, kardus bekas jadi satu. Letakkan saja terpisah dan tak berapa lama, pemulung akan mengambilnya. Intinya, kita mudahkan pekerjaan pemulung tanpa perlu membongkar tong sampah. Hidup jadi teratur, rumah terhindar dari aroma sampah tak sedap.

Menunggu Para Pengendali Beraksi
Apakah kita harus menunggu kedatangan Aang, Toph, dan Katara untuk membersihkan sungai atau gorong-gorong ?  Mungkin Toph (pengendali tanah) akan mengangkat lumpur dan tanah yang mendangkalkan sungai. Katara (pengendali air) akan membersihkan air sungai. Lalu sampah? Kitalah yang mengambilnya. Kitalah yang mengendalikannya. Aang (pengendali udara) nanti mungkin bisa membantu mengarahkan angin agar sampah-sampah itu kering terbebas dari lumpur.


Sumber : pribadi @hani_rai
Sumber : pribadi @hani_rai
Mari, ramadan ini, berikan sedekahmu dengan mengendalikan sampahmu. Sedekahkan botol dan kardus bekasmu untuk pemulung. Kembalikan bahan yang tumbuh di bumi kepada bumi. Sebisa mungkin kurangilah bahan plastik yang akan segera menjadi sampah. Mumpung lagi prime time, ramadan penuh berkah, mari kita berubah. Jika tak bisa merubah hal besar, mulai saja dari hal sederhana dalam keseharian. Alam semesta kan tersenyum merekah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun