Bersedekah dengan Memilah Â
Beberapa kali saya bertemu truk sampah. Bapack-bapack tua tanpa masker tanpa sarung tangan turun dari truk dan mengambil sampah dari rumah ke rumah. Di sisi lain, dari subuh hingga waktu petang, selalu ada pemulung yang membongkar tong sampah mencari botol plastik, kaca, atau apapun yang bisa dijual. Itu terjadi setiap hari, kadang mas-mas, ibu-ibu, kadang juga bapak-bapak.
Pertanyaannya, apakah kita, manusia yang senang bersedekah berdonasi kemanusiaan, mau melalukan satu perubahan untuk (sedikit) memudahkan pekerjaan para pengambil sampah dari rumah kita sendiri ?
Satu langkah sederhana : memilah sampah. Mari, pisahkan kulit buah (untuk eco enzyme). Buat biopori, losida (lodhong sisa dapur), kelola kompos di halaman rumah yang tersisa. Sebisa mungkin habiskan isi piring. Sisa batang kangkung, kertas bekas, satukan dalam komposter. Masukkan tanah/kardus/daun kerinh dan berikan mikroba plus gula untuk mempercepat pengomposan.
Atau kalau mau, kelola magot untuk menghabiskan semua sampah sisa makanan. Dari tulang hingga kulit buah, magot akan dengan senang hati memakannya. Dan nantinya hewan ini akan jadi pakan ternak. Haha..kembali lagi pada manusia, bukan ?
Pisahkan sampah residu, yakni sampah yang tak laku dijual seperti kertas berlapis plastik, isolasi bekas belanja onlen, kresek bekas. Letakkan dalam 1 wadah dan masukkan ke tong sampah. Atau untuk lebih jelasnya, sobat bisa lihat jenis sampah dari Bank Sampah Sawo Kecik di Sleman berikut ini.
Tata botol plastik, botol kaca, kardus bekas jadi satu. Letakkan saja terpisah dan tak berapa lama, pemulung akan mengambilnya. Intinya, kita mudahkan pekerjaan pemulung tanpa perlu membongkar tong sampah. Hidup jadi teratur, rumah terhindar dari aroma sampah tak sedap.
Menunggu Para Pengendali Beraksi
Apakah kita harus menunggu kedatangan Aang, Toph, dan Katara untuk membersihkan sungai atau gorong-gorong ? Â Mungkin Toph (pengendali tanah) akan mengangkat lumpur dan tanah yang mendangkalkan sungai. Katara (pengendali air) akan membersihkan air sungai. Lalu sampah? Kitalah yang mengambilnya. Kitalah yang mengendalikannya. Aang (pengendali udara) nanti mungkin bisa membantu mengarahkan angin agar sampah-sampah itu kering terbebas dari lumpur.
Mari, ramadan ini, berikan sedekahmu dengan mengendalikan sampahmu. Sedekahkan botol dan kardus bekasmu untuk pemulung. Kembalikan bahan yang tumbuh di bumi kepada bumi. Sebisa mungkin kurangilah bahan plastik yang akan segera menjadi sampah. Mumpung lagi prime time, ramadan penuh berkah, mari kita berubah. Jika tak bisa merubah hal besar, mulai saja dari hal sederhana dalam keseharian. Alam semesta kan tersenyum merekah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H